Rabu, 18 September 2024
Rabu, 18 September 2024

Mahfud MD Pasrah Jika KPK Tak Mau Panggil dan Periksa Kaesang, Tapi …

HOLOPIS.COM, JAKARTA – Mantan Menko Polhukam, Mahfud MD menilai bahwa pemeriksaan terhadap dugaan gratifikasi kepada Kaesang Pangarep dan Erina Sofia Gudono dalam penggunaan layanan jet pribadi Gulfstream G650ER dengan nomor terbang N588SE menjadi domain KPK.

Pun demikian, Mahfud menilai bahwa publik tak bisa serta merta memaksa KPK untuk memeriksa atau tidak putra sulung Presiden Joko (Joko Widodo) tersebut.

“Tentu, kita tak bisa memaksa KPK memanggil Kaesang. Tergantung i’tikad KPK saja,” kata Mahfud MD dalam tweetnya di X @mohmahfudmd seperti dikutip Holopis.com, Kamis (5/9).

Hanya saja, ia meminta agar alasan tidak memanggil Kaesang menggunakan dalil bahwa Kaesang bukan pejabat publik atau penyelenggara negara sehingga tidak bisa diperiksa kasus ini.

“Kalau alasannya karena Kaesang bukan pejabat, maka perlu dikoreksi dalam dua hal,” ujarnya.

Ada preseden yang bisa dijadikan alasan mengapa KPK bisa saja memanggil dan memeriksa Kaesang Pangarep dalam konteks fasilitas penerbangan ke Amerika Serikat dengan jet pribadi berbiaya fantastis itu.

Preseden pertama adalah kasus Rafael Alun Trisambodo yang kedapatan melakukan tindak pidana korupsi dan pencucian uang di Direktorat Jenderal Pajak Kementerian Keuangan setelah anaknya, Mario Dandy Satriyo terjerat kasus penganiayaan berat terhadap Cristalino David Ozora.

“Banyak koruptor yang terlacak setelah anak atau isterinya yang bukan pejabat diperiksa. Contoh RA (Rafael Alun -red), seorang pejabat Eselon III Kemkeu sekarang mendekam di penjara justeru ketahuan korupsi setelah anaknya yang hedon dan flexing ditangkap,” jelasnya.

KPK akhirnya bisa menjerat hukum Rafael Alun karena Mario Dandy diproses hukum dan ditelisik aliran hartanya sampai memiliki mobil Rubicon dengan pelat polisi palsu.

“Anak RA dengan mobil mewah menganiaya seseorang. KPK melacak kaitan harta dan jabatan ayah si anak, ternyata hasil korupsi. KPK memproses, RA (lalu) dipenjarakan,” tandasnya.

Yang kedua adalah, concern agar jangan sampai menjadi tren buruk di kalangan koruptor. Bahwa mereka bisa menerima suap dan gratifikasi dari seseorang tanpa langsung kepadanya, melainkan kepada anak dan sanak saudaranya.

“Kalau alasan hanya karena bukan pejabat, padahal patut diduga lalu dianggap tak bisa diproses, maka nanti bisa setiap pejabat meminta pemberi gratifikasi untuk menyerahkan ke anak atau keluarganya,” tukasnya.

Temukan kami juga di Google News lalu klik ikon bintang untuk mengikuti. Atau kamu bisa follow WhatsaApp Holopis.com Channel untuk dapatkan update 10 berita pilihan dari redaksi kami.

Rekomendasi

berita Lainnya
Related

Arif Rahman Polisikan Umar Key Usai Dikeroyok di Lantai 3 Menara KADIN

HOLOPIS.COM, JAKARTA - Staf Khusus Ketua Umum KADIN Indonesia...

Kubu Arsjad Rasjid Buka Dialog dengan Anindya Bakrie

Kubu Arsjad Rasjid selaku Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia periode 2021-2026 membuka kesempatan untuk berdialog dengan Anindya Bakrie, yang merupakan Ketua Umum Kadin versi musyawarah nasional luar biasa (munaslub) yang disebut-sebu.

Potensi Koalisi dengan PDIP Menguat, Gerindra : Sering Kali Tujuan Kita Sama

Partai Gerinda tidak menampik wacana bergabungnya PDIP dalam koalisi pemerintahan Prabowo Subianto semakin menguat.
Prabowo Gibran 2024 - 2029
Ruang Mula

Berita Terbaru