HOLOPIS.COM, JAKARTA – Gathering akuntan publik yang digelar pada 21-22 Juni 2025 lalu menjadi momen penting bagi para profesional di bidang audit untuk memperkuat kembali silaturahmi dan identitas profesi mereka.
Dalam suasana yang lebih santai dan informal, acara ini dinilai sebagai ibarat “servis kecil” untuk mesin yang biasanya bekerja keras, di mana hubungan antar anggota dapat diperiksa, dirawat, dan diperkuat agar tidak “macet di tengah jalan”.
Tidak ada Topik serupa pekan ini.
“Di momen itulah, kita bisa sejenak menanggalkan formalitas, bertukar tawa dan menjalin kembali silaturahmi yang mungkin mulai renggang karena kesibukan masing-masing,” kata Yudiarto dalam tulisannya yang diterima Holopis.com, Jumat (27/6/2025).
Menurut Yudiarto, kekuatan organisasi profesi akuntan publik tidak hanya ditentukan oleh struktur dan regulasi, tetapi juga oleh kualitas hubungan antar anggota. Gathering ini menjadi “lem” yang merekatkan profesi yang kompleks agar tidak terfragmentasi.
“Silaturahmi antar anggota bukan hanya memperkuat rasa kebersamaan, tapi juga meningkatkan kepercayaan, mempercepat aliran informasi, dan menumbuhkan kolaborasi dan sinergi,” ujarnya.
Gathering ini juga diselenggarakan berdekatan dengan Pemilihan Raya IAPI (Institut Akuntan Publik Indonesia), yang menjadi penentu arah dan kepemimpinan organisasi.
“Suasana akrab dan informal bisa menjadi ladang subur untuk menggali aspirasi anggota secara natural, tanpa tekanan,” jelas Yudiarto.
Namun, ia juga mengingatkan pentingnya transparansi agar acara ini tidak disalahartikan sebagai panggung politik.
Dalam undang-undang, IAPI memiliki peran strategis dalam membina dan mengawasi profesi akuntan publik. Meski demikian, masih ada suara keprihatinan dari anggota terkait respons organisasi terhadap isu regulasi dan dukungan bagi KAP kecil dan menengah. Gathering ini diharapkan dapat menjadi forum untuk mengkritisi sekaligus merumuskan ide perubahan demi kemajuan bersama.
“Organisasi yang sehat bukan yang bebas dari kritik, tapi yang mampu menerima kritik dan merubahnya menjadi bahan bakar perubahan,” tuturnya.
Ia pun menyarankan beberapa langkah konkret, seperti forum diskusi rutin, penguatan layanan konsultasi, dan inkubasi ide inovasi dalam praktik audit. Jika langkah ini dijalankan, IAPI berpotensi menjadi organisasi yang tidak hanya dihormati karena kewenangannya, tetapi juga dicintai karena keberpihakannya.
“Profesi ini bukan hanya tentang menjaga standar, tapi juga menjaga satu sama lain,” pungkasnya.
