HOLOPIS.COM, JAKARTA – Ketua Umum DPP PDI Perjuangan, Megawati Soekarnoputri tampaknya masih belum ikhlas menerima kekalahan Pilpres 2024. Hal ini tampak sekali terlihat saat memimpin Rapat Kerja Nasional (Rakernas) ke V DPP PDIP di Ancol, Jakarta Utara.
Dalam kesempatan itu, Megawati pun bernostalgia tentang bagaimana dirinya menjadi inisiator dari lahirnya Mahkamah Konstitusi (MK) pada tahun 2003, di mana saat itu ia adalah Presiden Republik Indonesia.
“Coba bayangkan, kok barang yang saya bikin itu digunakan tapi tidak dengan makin baik,” kata Megawati dalam pidatonya di kegiatan PDIP yang diselenggarakan di Beach City International Stadium, Ancol, Jakarta Utara seperti dikutip Holopis.com, Jumat (24/5).
Menurutnya, dirinya adalah sosok yang paling berjasa di dalam melahirkan MK. Bahkan ia memilih kantor MK di Jalan Medan Merdeka Selatan yang menjadi salah satu zona ring satu Istana.
“Sampai waktu saya mendirikan (MK), saya sangat ingat saya minta dicarikan tempatnya, nggak tahu di daerah mana. Saya bilang ndak, ini sebuah Mahkamah Konstitusi yang harus berwibawa, hakim-hakimnya musti punya karakter kenegarawanan, sehingga dapat mengayomi seluruh hak-hak rakyat yang ada di dalam kedaulatan rakyat kita yang namanya di negara kesatuan Republik Indonesia,” ujarnya.
“Coba, makanya sampai saya cari-cari, akhirnya dapat keren tempatnya, yaitu yang saya masuk di dalam ring satu Istana. Apa artinya, dia adalah tempat yang harus dijaga. Artinya, supaya dia berwibawa, enggak gampang-gampang,” sambungnya.
Lantas, Megawati dengan wajah yang kurang senang pun mempertanyakan kepada para kadernya, kira-kira siapa yang merusak MK saat ini. Sontak, para kader PDIP pun meneriakkan nama Presiden Joko Widodo.
“Itu yang salah siapa hayo ?,” tanya Megawati. “Jokowi…!,” sambut kader PDIP.
Sayangnya, Megawati kurang gembira dengan jawaban yang dilontarkan oleh para kadernya. Sebab, menyebut nama Joko Widodo pun mereka kurang kompak.
“Mbok kalau jadi partai, katanya partai itu solid bergerak, mbok ya kalau teriak itu semua, wheeet gitu lho,” respons Megawati.
Lantas, ia pun mempersilakan kepada kader PDIP yang merasa tidak solid lagi dengan sikap partai agar ramai-ramai mengundurkan diri dari partai yang didirikannya itu.
“Kok kayaknya selalu goyang goyang. Kalau siapa yang goyang, nggak usah jadi PDI Perjuangan dah,” pungkasnya.
Sekadar diketahui Sobat Holopis, bahwa PDIP mengalami situasi yang kurang menggembirakan di dalam Pilpres 2024. Bahkan untuk kontestasi Pileg 2024 di nasional pun, mereka juga mengalami situasi yang kurang menguntungkan.
Pasalnya, bersama dengan tiga partai koalisi, antara lain ; PPP, Hanura dan Perindo, mereka mengusung pasangan Ganjar Pranowo dan Mahfud MD dalam Pilpres 2024. Hasilnya, paslon yang mereka dukung justru mengalami kekalahan telak. Di mana suara mereka berada di posisi paling ramping, dan tanpa adanya kemenangan di satu provinsi pun. Yakni ; 27.040.878 suara.
Tidak hanya di Pilpres, PDIP juga mengalami situasi kurang menggembirakan di Pileg 2024. Di mana mereka harus kehilangan 18 kursi di DPR RI pasca pemilu. Sebab, PDIP hanya meraup 25.387.279 suara atau 16,72% atau kemungkinan besar mendapat 110 Kursi. Hal ini berbeda dari Pileg 2019 lalu, di mana PDIP mendapatkan total 128 kursi di DPR RI.