HOLOPIS.COM, JAKARTA – Wakil Menteri Agama (Wamenag), KH Zainut Tauhid Sa’adi mengajak semua elit bangsa untuk belajar menjadi negarawan sebelum mendapat kepercayaan rakyat untuk mengurus negara melalui berbagai jabatan politik, baik di pusat dan di daerah.

Hal ini disampaikan sebagai bentuk dorongan agar semua pihak aktif saling mengedukasi, bahwa politik harus disikapi secara wajar dan tidak memicu perpecahan antar umat dan antar sesama anak bangsa.

“Kontestasi politik tidak boleh menggerus persatuan bangsa dan mengikis persaudaraan antar anak bangsa,” kata Wamenag dalam keterangannya, Kamis (11/5) seperti dikutip Holopis.com.

Kemudian, Zainut Tauhid menegaskan pula, bahwa melek literasi digital juga harus dimiliki oleh seluruh masyarakat Indonesia. Bahkan, narasi moderasi beragama juga harus diperkuat kepada semua masyarakat khususnya para pengguna sosial media dan internet lainnya. Karena narasi ini sangat penting sebagai bahan pendekatan hubungan antarelemen umat dan bangsa yang rentan mengalami gesekan.

Wamenag juga menuturkan, bahwa pembedaan diksi “kami” dan “mereka” dalam kategori sosial acapkali menciptakan jarak atau memperhadapkan satu kelompok dengan kelompok lain, satu golongan dengan golongan lain, bahkan tidak jarang menyuburkan rasa kebencian.

“Moderasi beragama adalah sikap jalan tengah, washatiyyah, tidak berada dalam kutub ekstrem dan tidak berlebih-lebihan dalam segala hal. Segala yang berlebih-lebihan seringkali membawa akibat kurang baik, termasuk dalam memuji atau mengkritik melalui media sosial,” paparnya.

Sikap, cara pandang dan praktik moderasi, kata Wamenag, menjadi hal yang relevan dijadikan sebagai perspektif dalam melihat persoalan bangsa dan menyikapi perbedaan di antara sesama anak bangsa. Seseorang atau sekelompok orang akan dipandang moderat apabila mampu mengelola perbedaan menjadi energi untuk kemajuan.

“Siapa pun yang berbeda pendapat dengan kita mengenai sesuatu masalah tidak seyogyanya dipandang sebagai musuh, tetapi saudara kita, kawan dalam berpikir. Meski saya tidak sependapat dengan anda, tetapi hak anda untuk menyampaikan pendapat saya hormati dan saya bela sampai kapan pun. Begitulah gambaran sikap moderat dalam menyikapi perbedaan,” tuturnya.

Lebih lanjut, Zainut Tauhid Sa’adi akhirnya mengajak seluruh masyarakat untuk merefleksikan perbedaan dalam persatuan yang pernah disinggung oleh almarhum KH Ahmad Hasyim Muzadi, tokoh Islam yang pernah menjabat sebagai Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) periode 2000-2010.

“Salah seorang tokoh muslim Indonesia almarhum K.H.A. Hasyim Muzadi mengatakan, Jangan dibikin berbeda sesuatu yang sama. Jangan dibikin sama sesuatu yang berbeda. Untuk itu kita harus bisa melihat lebih terang dan jernih persamaan dibanding perbedaan yang pasti ada,” tandasnya.

“Dalam keadaan apapun, sikap objektif dan adil serta menghargai konsensus dan kesepakatan haruslah ditegakkan sebagai ciri kemoderatan,” sambung Zainut.