Hari Parlementarisme Sedunia : Refleksi Demokrasi, Representasi dan Perdamaian Global

Berita Relasi :

HOLOPIS.COM, JAKARTA – Setiap tanggal 30 Juni, dunia memperingati Hari Parlementarisme Sedunia (International Day of Parliamentarism). Penetapan hari ini bukan sekadar seremonial, tetapi menjadi momen penting untuk merefleksikan peran parlemen dalam memperkuat demokrasi, menjaga stabilitas politik, dan mendorong keterwakilan yang lebih inklusif.

Tanggal ini dipilih karena bertepatan dengan hari lahirnya Inter-Parliamentary Union (IPU) pada 30 Juni 1889, organisasi multilateral politik pertama di dunia yang mengusung diplomasi antarparlemen sebagai jembatan penyelesaian konflik.

Seiring dengan tantangan yang dihadapi sistem demokrasi global saat ini, Hari Parlementarisme Sedunia menjadi panggilan untuk menjaga marwah parlemen sebagai fondasi demokrasi yang sehat dan berfungsi.

Latar Belakang dan Sejarah Penetapan

Hari Parlementarisme Sedunia ditetapkan melalui Resolusi Majelis Umum PBB (A/RES/72/278) pada tahun 2018. Tujuannya adalah menyoroti kontribusi parlemen terhadap tata kelola yang transparan, akuntabel, dan inklusif, baik di tingkat nasional maupun global. Penetapan ini juga menjadi pengingat bahwa demokrasi membutuhkan institusi parlemen yang kuat—institusi yang mampu menyuarakan rakyat, mengawasi pemerintahan, dan menyusun regulasi dengan tanggung jawab moral dan politik.

Dalam sejarahnya, IPU memainkan peran penting sebagai wadah diplomasi parlemen. Didirikan di tengah meningkatnya konflik global pada abad ke-19, IPU menawarkan alternatif penyelesaian sengketa melalui dialog, bukan kekerasan. Komitmen ini mengantarkan para pendirinya, dan banyak anggotanya, meraih penghargaan Nobel Perdamaian atas kontribusi mereka terhadap stabilitas dunia.

Parlemen Sebagai Penjaga Demokrasi

Dalam dunia yang semakin kompleks dan cepat berubah, parlemen dituntut untuk menyesuaikan diri. Isu-isu seperti populisme, nasionalisme ekstrem, ketimpangan sosial, hingga krisis iklim memerlukan perhatian parlemen yang responsif dan modern. Untuk itu, banyak parlemen melakukan peninjauan diri, memperkuat transparansi, memanfaatkan teknologi digital, dan membuka ruang bagi lebih banyak keterlibatan publik.

Majelis Umum PBB menekankan bahwa parlemen juga memiliki peran penting dalam penyusunan kebijakan nasional dan strategi pembangunan. Mereka tidak hanya sebagai lembaga pengawas, tetapi juga aktor aktif dalam perumusan solusi untuk berbagai tantangan global.

Perjuangan Mewujudkan Kesetaraan Gender

Salah satu isu krusial dalam parlemen masa kini adalah rendahnya keterwakilan perempuan dalam lembaga legislatif. Ketimpangan ini berdampak langsung terhadap minimnya perspektif gender dalam penyusunan undang-undang dan anggaran negara. Menanggapi hal ini, IPU bersama UN Women mendorong langkah-langkah nyata untuk meningkatkan keterlibatan perempuan.

Forum Perempuan Parlemen (Forum of Women Parliamentarians), yang telah aktif selama lebih dari 40 tahun, menjadi ruang strategis bagi para legislator perempuan untuk saling mendukung dan menyuarakan kesetaraan. Upaya ini juga melibatkan anggota parlemen laki-laki sebagai sekutu. Melalui forum ini, IPU mendorong peraturan yang mewajibkan keterlibatan perempuan dalam delegasi parlemen dan memperkuat kapasitas politik mereka.

Tahun 2025, tema IPU akan berfokus pada: Achieving gender equality, action by action, sebagai komitmen untuk tidak hanya menyuarakan perubahan, tetapi juga mewujudkannya secara bertahap dan konsisten.

Peran Parlemen dalam Perdamaian Dunia

IPU bukan sekadar forum diskusi antarnegara. Dalam banyak negara yang sedang dalam masa transisi menuju demokrasi atau pascakonflik, IPU turut membantu membangun institusi parlementer yang kokoh dan inklusif. Dalam konteks ini, parlemen menjadi sarana penyatuan masyarakat yang terbelah.

Komitmen IPU terhadap perdamaian ditunjukkan pula lewat advokasinya terhadap pelucutan senjata, khususnya senjata nuklir. IPU secara aktif mendukung implementasi penuh Resolusi Dewan Keamanan PBB 1540 yang bertujuan mencegah senjata pemusnah massal jatuh ke tangan aktor non-negara.

Lebih dari itu, IPU juga menaruh perhatian besar pada kelompok rentan, seperti perempuan dan anak muda yang terdampak konflik. Melalui resolusi-resolusi seperti UNSCR 1325 dan 2250, IPU memperjuangkan perlindungan dan peran aktif perempuan dan pemuda dalam proses perdamaian.

Hari Parlementarisme Sedunia bukan hanya milik para legislator, melainkan milik seluruh warga dunia yang percaya bahwa suara rakyat harus didengar dan dihargai. Parlemen yang kuat, transparan, inklusif, dan akuntabel adalah fondasi dari demokrasi yang hidup dan bermartabat. Di tengah arus tantangan global yang semakin kompleks, peringatan ini menjadi pengingat penting: bahwa perubahan, perdamaian, dan keadilan dimulai dari ruang-ruang parlemen yang berpihak pada semua, bukan segelintir.

Icon Holopis.com
Ikuti kami di Google News lalu klik ikon bintang. Atau kamu juga bisa follow WhatsaApp Holopis.com Channel untuk dapat update 10 berita pilihan redaksi dan breaking news.
Web Hosting Bisnis

Berita Terbaru

Jangan Lewatkan