HOLOPIS.COM, JAKARTA – Publik baru-baru ini dikejutkan dengan kabar banyaknya kantor cabang bank yang tutup. Data Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menyebutkan, bahwa jumlah kantor bank umum kian hari terus menyusut.
Per Maret 2025, jumlah kantor bank umum yang termasuk kantor cabang berjumlah 23.734. Angka ini menyusut dari periode sebelumnya yang sebanyak 24.243 kantor. Artinya terdapat 969 kantor bank yang tutup dalam kurun waktu setahun.
Merespon fenomena tersebut, Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK, Dian Ediana Rae menyampaikan bahwa penurunan jumlah kantor cabang merupakan keputusan bisnis dari masing-masing bank.
Tidak ada Topik serupa pekan ini.
Namun ia menyebut, bahwa di era yang yang serba digital saat ini menuntut perbankan untuk melakukan efisiensi operasional, dengan menutup kantor cabang mereka.
“Efisiensi operasional kini menjadi fokus utama. Akses layanan digital membuat kunjungan ke kantor cabang tidak lagi menjadi kebutuhan utama,” kata Dian dalam keterangan tertulis, dikutip Holopis.com, Senin (16/6).
Tidak dapat dipungkiri, bahwa digitalisasi telah membuat perubahan dalam industri perbankan. Kehadiran kantor cabang yang dulunya untuk memudahkan nasabah dalam mengurus administrasi tanpa ke kantor pusat, kini sudah tak relevan lagi.
Kini, para nasabah lebih memilih untuk menggunakan layanan digital yang bisa diakses kapan pun dan dimana pun. Pada akhirnya, kantor cabang kini semakin sepi pengunjung yang pada akhirnya ditutup sebagai langkah efisiensi operasional.
Kendati banyak kantor cabang yang tutup, Dian menegaskan, bahwa industri perbankan telah menyiapkan langkah antisipatif agar dampak dari penutupan cabang dapat diminimalisasi.
“Proses penutupan cabang yang berdampak pada pengurangan pegawai telah diantisipasi melalui program pelatihan ulang dan realokasi ke unit bisnis lain,” ujar Dian.
Ia juga menyatakan bahwa belum ada potensi PHK massal yang menimbulkan permasalahan serius.
