HOLOPIS.COM, JAKARTA – Presiden Republik Indonesia Prabowo Subianto akhirnya mengakhiri penantian panjang atas proyek Tanggul Laut Raksasa di pesisir utara Pulau Jawa atau Giant Sea Wall Pantura.
Dalam pidatonya saat menutup Konferensi Internasional Infrastruktur di Jakarta Convention Center (JCC), Rabu (12/6), Prabowo menegaskan bahwa proyek ini bukan lagi sekadar wacana, melainkan akan segera dimulai setelah tertunda hampir tiga dekade.
“Saya ingin garis bawahi salah satu proyek infrastruktur yang sangat strategis, yang sangat vital bagi kita, merupakan suatu mega proyek tapi harus kita laksanakan adalah giant sea wall, tanggul laut pantai utara Jawa,” kata Presiden dengan penuh ketegasan.
BACA JUGA
- Breaking News : Si Raja Minyak Riza Chalid Jadi Tersangka
- Prabowo Puji Inovasi Pertanian Brasil, Jadi Contoh bagi Indonesia
- Prabowo dan Lula Kompak Desak PBB Direformasi demi Keadilan Global
- Prabowo dan Lula Tunjukkan Keakraban saat Bertemu di Brasilia
- Prabowo Undang Presiden Lula Rayakan Ulang Tahun ke-80 di Jakarta
Proyek ini pertama kali masuk dalam perencanaan Bappenas sejak tahun 1995, namun baru kini menemui kepastian realisasi. Prabowo menyebutkan bahwa pemerintah tidak akan menunda lagi pengerjaan proyek yang diperkirakan menelan dana hingga USD 80 miliar atau sekitar Rp1.300 triliun tersebut.
“Sejak tahun 1995. Bayangkan. Thirty years ago. Tapi sekarang tidak ada lagi penundaan. Tidak perlu banyak bicara, kita akan kerjakan itu segera,” tegasnya.
Tanggul laut ini akan membentang sepanjang sekitar 500 kilometer, dari Banten hingga Gresik, Jawa Timur. Pembangunan ini diperkirakan memakan waktu 15 hingga 20 tahun, dengan pengerjaan awal difokuskan di daerah-daerah paling terdampak seperti Jakarta dan Semarang.
“Prioritas kita adalah DKI dan Semarang. Air di Semarang, Pekalongan, Brebes itu sudah mengancam kehidupan rakyat kita. Harus segera kita tangani,” ujar Prabowo.
Mega proyek ini dianggap sangat penting mengingat pesisir utara Pulau Jawa kerap dilanda banjir rob, penurunan muka tanah, serta dampak perubahan iklim seperti naiknya permukaan air laut. Jika tidak segera diatasi, ancaman ini bisa menimbulkan kerugian ekonomi yang sangat besar dan mengganggu produktivitas masyarakat pesisir.
Presiden juga menekankan bahwa pemerintah akan membentuk otorita khusus untuk memastikan proyek ini berjalan cepat dan terkoordinasi. Bahkan, jika perlu, Indonesia siap menjalankan proyek ini dengan kekuatan sendiri tanpa menunggu bantuan asing.
“Perusahaan-perusahaan dari Tiongkok, Jepang, Korea, Eropa, Timur Tengah yang mau ikut, silakan. Tapi kita tidak akan tunggu. Kita akan gunakan kekuatan kita sendiri,” tambahnya.
Dengan dimulainya proyek ini, pemerintah berharap dapat menyelamatkan pemukiman warga, kawasan industri, pelabuhan, hingga sentra logistik nasional di kawasan Pantura dari bencana tahunan yang terus mengintai.
“Saya tidak tahu presiden mana yang akan menyelesaikan, tapi kita harus mulai, dan kita akan mulai,” tutup Prabowo dengan nada optimistis.
