HOLOPIS.COM, JAKARTA – Kecelakaan Pesawat Air India yang menewaskan lebih dari 200 orang pada Kamis (12/6) kemarin harus membuat maskapai India tersebut menguburkan impian mereka menjadi maskapai penerbangan kelas dunia. Ini menjadi pukulan berat bagi Air India dan akan menyulitkan mereka dalam memperbaiki reputasi serta armadanya.
Pada tahun 2022, Tata Group mengambil alih maskapai dari pemerintah dan mereka pun meluncurkan rencana yang ambisius untuk membalikkan kurangnya investasi selama bertahun-tahun. Sebelumnya, selama bertahun-tahun Air India dinilai sebagai maskapai dengan armada menua dan ketinggalan zaman. CEO Air India Campbell Wilson pun mengatakan ia ingin menyulap Air India menjadi pesawat kelas dunia yang bisa setara dengan Emirates.
Tak hanya fisik, ia juga memiliki impian untuk memperbaiki Air India dari segi kualitas pelayanan, seperti mengatasi penundaan penerbangan, kekurangan suku cadang, pengiriman pesawat yang tertunda, dan lain-lain. Mantan Pakar Hukum di Biro Investigasi Kecelakaan Pesawat India, Vibhuti Deora.
BACA JUGA
- Japan Airlines Mendarat Darurat Usai Turun Mendadak 26 Ribu Kaki
- Kedua Kotak Hitam Pesawat Air India Ditemukan, Apa Isinya?
- Air India Kena Musibah Lagi, Kali Ini Mendarat Mendadak di Thailand Karena….
- Kisah Menegangkan Penumpang Selamat Kecelakaan Air India : “Saya Bangun Dikelilingi Mayat”
- Satu Korban Selamat Air India, Pindah Kursi di Pesawat Jadi Mukjizat
“Pesawat yang lebih baru dan perawatan yang lebih baik seharusnya menjadi ciri khas Air India untuk bertahan hidup. Perawatan yang tepat adalah hal yang seharusnya mereka perhatikan, karena Air India memiliki masa lalu yang buruk,” kata, Vibhuti Deora, dikutip Holopis.com, Jum’at (13/6).
Dulunya, Air India dimiliki oleh pemerintah. Saat dimiliki oleh pemerintah, penerbangan Boeing 737 dari Dubai pernah jatuh ke jurang di tahun 2010 dan menewaskan 158 orang. Kemudian unit berbiaya lebih murahnya, Air India Express mengalami kecelakaan pesawat dan tergelincir dari landasan pacu di tahun 2020, akibatnya 21 orang meninggal karena kecelakaan itu.
Reputasi Memburuk di Tahun 2000an
Pada tahun 2000an, reputasi pesawat ini memburuk akibat masalah keuangan yang meningkat. Air India pernah menghentikan beberapa pesawat Boeing 787 Dreamliner baru mereka karena kekurangan suku cadang.
Bahkan ketika Tata Group mengambil alih Air India, ada pesawat yang belum melewati penyegaran sejak dikirimkan pada tahun 2010-2011.
Sebelumnya Sobat Holopis, CEO Air India, Campbell Wilson mengatakan bahwa investigasi terkait kecelakaan pesawat mematikan dan terbesar sepanjang sejarah pesawat tersebut akan memakan waktu yang sangat lama. Tetapi ia berusaha meyakinkan masyarakat bahwa semua yang bisa mereka lakukan saat ini sudah dilakukan.
“Apa pun yang dapat kami lakukan sekarang, sedang kami lakukan,” kata Campbell.
Ia pun mengaku merasa paham jika banyak masyarakat yang saat ini sedang menuntut jawaban. Tetapi ia menjelaskan bahwa mereka ingin memberikan jawaban yang pasti dan bukan spekulatif, sehingga hal tersebut membutuhkan waktu.
