HOLOPIS.COM, JAKARTA – Lee Jae-myung telah resmi menjadi Presiden Korea Selatan setelah mendapatkan kemenangan yang luar biasa. Namun setelah kemenangan tersebut, Lee Jae-myung tampaknya harus langsung bekerja dan tidak bisa berlama-lama bersantai dalam proses pemindahan kekuasaan.
Apalagi, Lee Jae-myun harus langsung mengisi kekosongan kursi Presiden Korea Selatan setelah Yoon Suk Yeol dimakzulkan akibat gagal memberlakukan darurat militer di negara tersebut.
Dalam pidato perdananya sebagai presiden, ia berjanji akan menyatukan Korea Selatan dan menyebuhkan orang-orang, terlepas dari siapa yang mereka pilih ketika Pilpres.
BACA JUGA
“Saya akan memulai memperbaiki ekonomi dan menyembuhkan orang-orang, terlepas dari siapa yang kalian pilih di Pilpres ini, saya akan menjadi presiden semua masyarakat,” kata Lee.
“Aku akan menyatukan orang, menjadi persiden yang mengakhiri perpecahan politik,” lanjutnya.
Lee merupakan kandidat dari partai liberal Demokrat, dan memenangkan nyaris 50% dari keseluruhan suara.
Bagaimana Kebijakan Lee Jae-myung?
Dalam pemerintahannya, Lee Jae-myung tak hanya diwajibkan untuk mengurusi permasalahan domestic, namun menavigasi hubungan antara Amerika Serikat – Korea Selatan di bawah kepemimpinan Presiden AS Donald Trump. Ia juga harus memperbaiki hubungan dengan China, dan memikirkan pula hubungan dengan Korea Utara.
Lee mangatakan bahwa pemerintahannya akan menjadi pemerintahan yang pro pasar. Hal itu ia katakana setelah mengambil sumpah jabatan.
“Pemerintahan Lee Jae-myung akan menjadi pemerintahan yang pragmatis dan pro-pasar,” katanya.
Lee juga berencana untuk membuka dialog dengan Korea Utara, dan mempertahankan aliansi keamanan dengan Amerika Serikat.
“Lebih baik menang tanpa berperang daripada menang dalam peperangan. Perdamaian tanpa perlu berperang adalah keamanan yang terbaik,” kata Lee.
Sebagai informasi, Lee memenangkan 49.42% dari hampir 35 juta suara, sementara saingannya dari partai Konservatif Kim Moon-soo memperoleh suara 41.15% dalam jajak pendapat.
