HOLOPIS.COM, JAKARTA – Sobat Holopis pasti tidak asing dengan istilah cuci darah, terutama jika pernah mendengar cerita dari orang sekitar atau memiliki anggota keluarga yang menjalani prosedur ini. Meskipun terdengar menyeramkan bagi sebagian orang, cuci darah atau hemodialisis sebenarnya merupakan prosedur medis penting yang sangat membantu pasien dengan gangguan fungsi ginjal.
Mungkin Sobat Holopis pernah mendengar seseorang harus rutin ke rumah sakit beberapa kali seminggu untuk ‘membersihkan’ darah itulah yang disebut cuci darah.
Namun, apa sebenarnya yang terjadi selama proses cuci darah, dan bagaimana dampaknya terhadap tubuh? Mari kita bahas secara lengkap dan mudah dipahami.
BACA JUGA
Apa Itu Cuci Darah?
Cuci darah adalah proses medis yang dilakukan ketika ginjal tidak lagi mampu menjalankan fungsinya dengan baik, yakni menyaring limbah dan kelebihan cairan dari darah. Proses ini biasanya diperlukan oleh penderita gagal ginjal kronis.
Pada saat cuci darah, darah pasien akan dialirkan keluar tubuh melalui selang ke mesin dialisis.
Di dalam mesin ini, darah akan disaring menggunakan filter khusus (dialyzer) yang bertindak sebagai pengganti ginjal. Setelah itu, darah bersih dikembalikan ke dalam tubuh.
Prosedur ini umumnya dilakukan 2–3 kali seminggu, dan tiap sesi bisa berlangsung selama 4 jam.
Dampak Cuci Darah terhadap Tubuh
Meski menyelamatkan nyawa, cuci darah juga membawa sejumlah efek terhadap tubuh, baik jangka pendek maupun jangka panjang:
1. Kelelahan atau Tubuh Terasa Lemah
Pasien sering merasa sangat lelah setelah sesi cuci darah. Ini wajar karena tubuh menghabiskan energi cukup besar selama proses pembersihan darah.
2. Tekanan Darah Turun
Pengeluaran cairan yang terlalu cepat bisa menyebabkan tekanan darah turun drastis (hipotensi), sehingga pasien merasa pusing atau mual.
3. Kram Otot
Perubahan elektrolit saat dialisis bisa menyebabkan kram otot, terutama pada kaki.
4. Gatal pada Kulit
Akumulasi limbah yang tidak tersaring secara sempurna dapat menyebabkan rasa gatal berlebih, apalagi jika kadar fosfat dalam darah tinggi.
5. Risiko Infeksi
Karena darah bersentuhan langsung dengan alat medis, ada risiko infeksi, terutama pada area akses pembuluh darah.
6. Gangguan Emosional
Menjalani cuci darah secara rutin bisa menjadi beban emosional. Beberapa pasien merasa stres, tertekan, atau cemas karena perubahan besar dalam gaya hidup mereka.
Apakah Pasien Cuci Darah Bisa Hidup Normal?
Tentu bisa. Banyak pasien tetap menjalani hidup aktif, bekerja, bahkan berlibur, asalkan mengikuti protokol kesehatan yang dianjurkan. Dukungan keluarga, pengaturan pola makan, serta kontrol medis rutin sangat membantu menjaga kualitas hidup mereka.
