HOLOPIS.COM, JAKARTA – Menteri Agama Republik Indonesia, Prof Nasaruddin Umar menegaskan pentingnya peran imam dalam kehidupan keagamaan umat. Menurutnya, imam bukan hanya sekadar pemimpin salat, melainkan pemimpin komunitas.
Sebab jata Nasaruddin Umar, seorang imam harus memiliki wawasan sosial keagamaan yang luas dan menyeluruh, bukan sekadar hafalan atau pemahaman tekstual semata.
“Jadi, psikologi imam, kan itu seorang imam harus tahu sosiologi masyarakat, bukan hanya tahu hafal-hafal, bukan hanya memahami ilmu-ilmu yang sempit. Seorang imam harus berwawasan komprehensif ,” jelas Menag Nasaruddin, Rabu (23/4/2025).
BACA JUGA
- Menag Wariskan Fondasi Kuat untuk Penyelenggaraan Haji Lebih Baik
- Haji 2025 Resmi Ditutup, Menag Klaim Penyelenggaraan Berjalan Sukses
- 40 Jemaah Haji Masih Dirawat di Saudi, Keluarga Bisa Hubungi Nomor KUH Ini
- Kemenag Punya Pedoman Hitung Kebutuhan Penyuluh Agama
- Indonesia Cocok Jadi Pusat Peradaban Islam Baru
Hal ini disampaikan Nasaruddin Umar saat melantik Pengurus Wilayah Ikatan Persaudaraan Imam Masjid (IPIM) Provinsi Riau masa khidmat 2024–2029 di Rumah Dinas Gubernur Riau.
Selanjutnya, pejabat publik yang juga Imam Masjid Istiqlal ini pun kemudian menerangkan, bahwa pentingnya membentuk komunitas muslim ideal yang disebut ummah. Ini bukan sekadar kelompok berbasis kabilah atau ikatan primordial.
Dikatakan Menag pula, bahwa ummah dibentuk dari pemimpin yang cinta umatnya, rakyat yang santun, dan sistem yang mengaturnya.
“Maka komunitas itulah yang disebut dengan ummah,” terangnya.
Menurutnya, fungsi masjid tidak hanya sebagai tempat salat, tapi pusat aktivitas umat yang menyatukan dimensi spiritual dan sosial. Sebab kata dia, masjid adalah tempat yang sangat sakral khususnya bagi umat Islam.
“Masjid itu adalah meeting point yang mempertemukan antara dunia langit dan dunia bumi. Masjid itu mempertemukan langit celestial dan bumi terestrial, itulah masjid. Maka itu masjid itu disebut sebagai tempat yang sakral,” pungkasnya.
