HOLOPIS.COM, JAKARTA – Disebutkan Kementerian Kesehatan bahwa jumlah penderita lupus pada anak setiap tahunnya terus bertambah. Jumlahnya tak tanggung, presentasenya naik sampai 10-20%. 

Kategori penderita lupus pada anak lebih banyak ditemukan di usia 11-12 tahun dan berjenis kelamin perempuan. Sementara untuk populasinya sendiri, Asia cenderung menunjukkan manifestasi yang lebih berat dan serius dan berat dibanding Kaukasia.  

Penyebab Lupus pada Anak

Dijelaskan DR. Dr. Reni Ghrahani Majangsari, Anggota Unit Kerja Koordinasi (UKK) Alergi Imunologi IDAI, lupus atau Systemic Lupus Erythematosus (SLE) adalah peradangan kronis yang terjadi pada berbagai organ tubuh yang dipicu oleh masalah autoimun. 

Autoimun sendiri merupakan istilah untuk sistem imun yang gagal mengenali diri sendiri dan menyebabkan antibodi yang diproduksi tubuh bakal menyerang tubuh itu sendiri. Misalnya saja menyerang sistem organ di dalam tubuh, seperti, saraf, jantung, paru-paru, ginjal, kelenjar getah bening, dinding perut, sel-sel darah (merah, putih, dan trombosit), dan atau lainnya.

Untuk penyebabnya sendiri belum diketahui secara pasti. Namun untuk sementara para ahli kesehatan mengatakan, lupus disebabkan faktor genetik dan lingkungan (infeksi virus/bakteri, paparan berlebih sinar matahari, akibat dari mengonsumsi obat-obatan tertentu, atau stres). 

“Kalau ada yang mengatakan lupus itu menular dan bagian dari kanker, salah ya. Lupus itu penyakit autoimun yang sifatnya menahun, tak menular dan bukan kanker,” kata dr. Reni dalam Seminar Media Ikatan Dokter Anak Indonesia pada World Lupus Day beberapa waktu lalu.

Gejala Lupus pada Anak

Sangat mudah mengenali gejala lupus pada anak. Di antaranya tubuh nampak pucat, kurang darah (anemia), dan anak demam berkepanjangan. 

Ketiga gejala inilah yang paling sering menjadi penyebab anak dirawat di rumah sakit dan transfusi darah. 

Sementara gejala lain yang dialami anak adalah merasa sangat lelah tanpa sebab, berat badannya turun drastis, serta jari-jari tangan dan kaki anak nyeri dan bengkak.

“Anak juga mungkin mengalami yang namanya morning stiffness, yaitu nyeri dan kaku badan di pagi hari. Biasanya berupa nyeri sendi dan nyeri otot. Selain itu, anak juga mungkin mengalami pertumbuhan atau pubertas yang terlambat,” terang dr. Reni lagi. 

Jika lupus sudah menyerang beberapa sistem dan organ tubuh, umumnya gejala yang dirasakan tiap anak bervariasi. Seperti ini gejalanya: 

  1. Sistem saraf: nyeri kepala, kejang, gangguan fungsi kognitif, gangguan kecemasan, depresi, halusinasi. 
  2. Paru-paru: Organ ini diselimuti pleura (selaput atau lapisan) yang diakibatkan penumpukan cairan. 
  3. Jantung: peradangan selaput jantung (perikarditis) dengan gejala demam, jantung berdebar, nyeri dada terutama saat berbaring, sesak nafas, dan suara jantung yang melemah; peradangan otot jantung (miokarditis); dan jantung koroner.
  4. Sistem pencernaan: rasa tak nyaman pada ulu hati, mual dan muntah, tidak berselera makan, diare, penumpukan cairan di rongga perut. 
  5. Sendi: morning stiffness
  6. Hormon: Berkurangnya hormon tiroid karena antibodi yang menyerang kelenjar gondok. 

Tanda lain yang juga kerap terjadi tapi KURANG disadari anak dengan penyakit lupus adalah: 

  • Luka mulut yang tidak terasa nyeri –terjadi pada 17-22% anak penderita lupus
  • Ruam malar atau ruam khas berbentuk kupu-kupu di pipi dan batang hidung (tanpa mengenai garis senyum).
  • Rambut rontok 
  • Bercak diskoid berbentuk koin dengan batas tegas, berwarna kemerahan dan biasanya terdapat di beberapa bagian tubuh dan mengelupas halus. 

Jika Anda menemukan gejala atau tanda-tanda di atas, ada baiknya untuk segera melakukan pemeriksaan lanjutan dengan dokter. 

Cara Mengurangi Risiko Lupus Kambuh

Ya, lupus tidak bisa disembuhkan. Penderitanya harus hidup berdampingan dengan lupus seumur hidup. Dengan kata lain, perawatan dan pengobatan yang diberikan dokter hanya untuk membantu mengurangi risiko gejala lupus kambuh pada anak. 

Inilah mengapa, orangtua harus benar-benar paham mengenai penyakit ini agar bisa memberikan perawatan dan pengobatan yang tepat bagi buah hatinya. 

Ini beberapa metode perawatan dan pengobatan yang umumnya diberikan pada anak lupus:

  • Pengobatan untuk mengurangi risiko kerusakan organ.
  • Pengobatan untuk mengurangi risiko nyeri dan pembengkakan yang disebabkan peradangan.
  • Perawatan untuk meningkatkan imunitas.
  • Perawatan untuk mencegah komplikasi.
  • Anak mengonsumsi obat antinyeri dan antiinflamasi sesuai dengan arahan dokter.

Orangtua juga perlu membimbing anak dalam menerapkan gaya hidup dan pola makan sehat, mengelola stres, menemani berolahraga, menghindari anak dari paparan sinar matahari langsung, juga rutin mengonsumsi obat dari dokter. 

Ini semua perlu dilakukan untuk keberlangsungan hidup anak bersama lupus, di mana ia bisa tetap tumbuh, aktif dan produktif di masa depannya.