HOLOPIS.COM, JAKARTA – Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat impor pangan, seperti komoditas beras Indonesia meningkat 1,50 persen selama periode Januari hingga Agustus 2024.
Hal itu sebagaimana disampaikan Deputi Bidang Statistik Distribusi & Jasa BPS, Pudji Ismartini dalam konferensi pers rilis berita statistik, Selasa (17/9) kemarin.
Dalam paparannya, Pudji membeberkan kelompok pangan yang mencatatkan kenaikan impor tersebut meliputi gandum dan meslin, serta gula dan beras yang menyumbang 5,07 persen dari total impor nonmigas.
“Nilai impor kumulatif nonmigas meningkat 2,47 persen dari periode yang sama di tahun sebelumnya,” kata Pudji dalam keterangannya, seperti dikutip Holopis.com, Rabu (18/9).
BPS mencatat, impor beras naik 1,50 persen menjadi 3,05 juta ton, dengan nilai impor yang mencapai US$ 1,91 miliar atau setara Rp 29,29 triliun. Negara asal pemasok beras, yakni Thailand, Vietnam dan Pakistan.
Negeri Gajah Putih itu menjadi lumbung padi Indonesia dengan jumlah kontribusi volume beras sebanyak 1,13 juta ton. Kemudian, Vietnam menyumbang 0,87 juta ton dan Pakistan menyuplai 0,46 juta.
Sementara itu, pasokan gula dari negara lain juga melonjak 1,56 persen pada periode yang sama. Indonesia mengimpor gula sebanyak 3,38 juta ton dari Brasil, Thailand, dan Australia. Volume gula impor ditaksir senilai US$ 2,00 miliar.
Pemerintah menggelontorkan dana sebesar US$ 2,56 miliar untuk mendatangkan 8,44 juta gandum dan meslin sepanjang Januari-Agustus 2024. Negara asal utama antara lain Australia, Kanada dan Argentina.
Kenaikan komoditas pangan memberikan kontribusi terhadap nilai impor kumulatif selama tujuh bulan terakhir. Meskipun, penopang utama disumbang dari impor bahan baku/penolong sebesar 2,71 persen.
Total perkembangan nilai kumulatif Januari-Agustus sebesar 3,31 persen. Sektor migas melesat 7,93 persen dari periode yang sama di tahun 2023.