HOLOPIS.COM, JAKARTA – Presiden China Xi Jinping bertolak ke Eropa demi mempertahankan aliansi tanpa batas China dengan Rusia. Ia akan mengunjungi Prancis, yang notabene adalah pendukung utama Urkaina, serta Serbia, kemudian Hongaria.
Hal itu juga dilakukan Xi Jinping demi mempererat hubungan politik dan ekonomi di Eropa, mengingat hubungannya yang sangat buruk dengan negara saingan Amerika Serikat.
Namun usaha itu dinilai oleh ahli studi Eropa. Direktur Pusat Studi Eropa Universitas Fudan, Ding Chung mengatakan bahwa Eropa tidak akan bisa berharap Xi Jinping memberikan sanksi kepada Rusia dan bergabung dengan Amerika Serikat.
“Jika pihak Eropa mengharapkan China untuk menjatuhkan sanksi terhadap Rusia, atau bergabung dengan Amerika Serikat dan Eropa dalam menjatuhkan sanksi ekonomi terhadap Rusia, saya pikir itu hal yang jelas tidak mungkin terjadi,” kata Ding Chun, dikutip Holopis.com, Jum’at (3/5).
Sementara itu, China sudah lama mengaku sebagai pihak yang netral dalam peperangan Rusia dan Ukraina.
Tetapi China juga tak pernah mengutuk invasi Ukraina. Berbeda dengan Amerika Serikat dan Eropa yang dengan jelas memberikan dukungan besar terhadap Ukraina.
Prancis Akan Berusaha Mengubah Pikiran China
Dalam rangka kehadiran China di Prancis, negara tempat Menara Eiffel itu mengatakan bahwa China memiliki pengaruh besar untuk membuat Rusia berubah pikiran tentang aksi mereka dalam perang Ukraina. Hal itu lah yang akan dicoba Prancis untuk didiskusikan dengan China.
“Paris akan menempatkan dukungan China kepada Rusia sebagai inti diskusi,” demikian disampaikan Kepala Tim Hubungan Luar Negeri Institut Mercator.
Sebagai informasi, perang Rusia dan Ukraina sudah berlangsung sejak 20 Februari 2014. Sejak itu, belum ada pihak yang berhasil menengahi keduanya atau meyakinkan Rusia menghentikan serangan mereka.
Sementara Ukraina masih terus dikirimi bantuan dari para sekutu, terutama negara Amerika Serikat.