HOLOPIS.COM, JAKARTA – Saksi fakta Termohon, Yudistira Dwi Wardhana Asnar menegaskan bahwa pihaknya sama sekali tidak pernah mematikan sistem Sirekap sampai dengan saat ini.
“Kami tidak pernah mematikan sirekap untuk menerima memproses data dan lain sebagainya, jadi teman-teman KPPS teman-teman PPK, teman-teman di Kabupaten Kota itu selalu akan mengupdate, memperbaiki data itu sendiri,” kata Yudistira dalam kesaksiannya di sidang gugatan PHPU (perselisihan hasil pemilihan umum) di ruang sidang Mahkamah Konstitusi (MK), Gambir, Jakarta Pusat, Rabu (3/4) seperti dikutip Holopis.com.
Lantas dalam konteks ini, Yudistira juga memberikan paparan tentang log activity, di mana ini adalah data yang disampaikan untuk menjawab tudingan sejumlah pihak bahwa sistem Sirekap milik KPU mati.
“Tanggal 14 jam 17.55 WIB sampai tanggal 16 (Februari 2024). Jadi kalau ada yang bilang Sirekap itu mati, mati itu adalah toko depannya, terima datanya masih tetap kita biarkan,” ujarnya.
Kemudian, ia juga memastikan semua aktivitas di dalam aplikasi tersebut tercatat lengkap di dalam log activity yang juga disimpan di dalam database (db system).
Selain itu, ia juga memberikan jawaban terkait adanya tuduhan bahwa Sistem Sirekap juga mati karena tidak ada perubahan data sejak pukul 18.00 – 21.00 WIB, hari Rabu 14 Februari 2024.
Dalam fase itu, ia menyampaikan jika sistem Sirekap mendapatkan serangan DDos. Sehingga data yang sempat diproses terhenti sejenak sampai sistem kembali normal berkat perjuangan keras dari tim IT KPU yang dibentuk.
“Kita dihantam DDos sejak pagi dan baru kita bisa revive sampai 18.30 WIB. Dan terpaksa punya banyak perjuangan dengan kawan-kawan,” terangnya.
Hingga akhirnya pada pukul 18.30 WIB, sistem sudah kembali normal yang kemudian tim KPPS dari daerah tepatnya dari Papua bisa kembali mengunggah data foto tersebut.
“Yang penting 18.30 WIB rekan-rekan itu bisa naik. Kita bisa lihat naiknya itu signifikan. Apapun yang terjadi, teman-teman dari daerah harus kita hargai sudah ambil foto dan mereka harus bisa masukin data secepat mungkin, dan kita lihat datanya seperti segitiga,” jelasnya.
Yudistira yang juga merupakan pengembang sistem Sirekap tersebut juga memastikan bahwa kabar Server yang digunakan Sirekap ada di luar negeri tidak benar. Ia memastikan bahwa Server yang digunakan ada di Jakarta. Hanya saja lokasi pastinya ia tidak bisa mempublikasikan itu karena faktor keamanan.
“Server yang disimpan di luar negeri tidak benar,” tegasnya.
Lantas terkait dengan kabar bahwa Server Sirekap ada di luar negeri dijelaskan Yudistira secara teknik. Dosen di Institut Teknologi Bandung (ITB) tersebut menegaskan bahwa IP Address yang ditracking dari web apps Sirekap memang ada di luar negeri, namun bukan berarti Server tersebut ada di luar negeri. Akan tetapi sebuah IP shadow.
“Itu IP shadow, istilahnya IP anycash yang kita sewa supaya orang nggak tahu IP baru dari Sirekap. Tempatnya (Server -red) masih sama (di Indonesia),” jelasnya.
Apa itu Anycash IP, itu adalah sebuah teknologi yang menyediakan beberapa jalur perutean ke sekelompok titik akhir yang masing-masing diberi alamat IP yang sama.