HOLOPIS.COM, JAKARTA – Politisi PSI, Ade Armando memberikan respons atas wacana bergabungnya dua kekuatan besar Pilpres 2024, yakni kubu Ganjar Mahfud dengan Anies Muhaimin dalam rangka mengalahkan Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka.

“Sekjen PDI Perjuangan Hasto Kristianto menyatakan kubu Ganjar sudah mulai menjajaki kemungkinan koalisi dengan Anies Baswedan di Pilpres 2024. Ia juga mengaku sudah berkomunikasi dengan Jusuf Kalla,” kata Ade dalam paparan awalnya seperti dikutip Holopis.com, Selasa (16/1).

Asumsi ini pun diperkuat dengan tiba-tiba membaiknya komunikasi Anies Baswedan dengan PDIP, yakni dengan pemberian ucapan selamat ulang tahun secara khusus saat PDIP merayakan puncak HUT ke 51.

“Di pihak lain, kubu Anies memberi selamat ulang tahun khusus ketika PDIP berulang tahun. Kalau gitu, mungkin nggak kubu Ganjar bersatu dengan kubu Anies untuk mengalahkan Prabowo. Ya tentu saja mungkin,” ujarnya.

Alasan kuat mengapa kubu Anies dan Ganjar ingin bersatu melangkah kekuatan Prabowo-Gibran adalah karena tingkat elektabilitas paslon nomor urut 02 tersebut berada jauh di atas keduanya.

“Saat ini suara Prabowo memang jauh di atas kedua lawannya, tapi kalau Pemilu berlangsung dua putaran selalu terbuka kemungkinan keduanya bersatu untuk menyingkirkan Prabowo,” terangnya.

Pesimis

Hanya saja, wacana keinginan Ganjar-Mahfud dengan Anies-Imin bersatu tampaknya bukan persoalan mudah. Bagi Ade, komunikasi politik lintas elite mungkin saja bisa terbangun karena ada kesamaan kepentingan di dalamnya.

Namun tidak mudah bagi kalangan grass root. Sebut saja kelompok Islam garis keras termasuk di dalamnya adalah kubu FPI yang dipimpin oleh Habib Rizieq bin Husein Shihab. Menurut Ade, merangkul kubu tersebut bukan persoalan mudah bagi PDIP cs.

“Tapi masalahnya ini juga bukan pekerjaan yang mudah, demi kekuasaan para ketua umum dan pimpinan mungkin saja memutuskan bersatu dan komposisi capres cawapres akan ditentukan perolehan suara di putaran pertama,” paparnya.

“Tapi keputusan elit ini sangat bisa dibongkar oleh penolakan di level akar rumput. Kaum elit partai bahkan bisa dituduh sebagai penghianat, hubungan pemilih PDIP dengan pemilik PKS atau dengan kubu 212, Rizieq dan FPI bukanlah sesuatu yang bersifat harmonis untuk jangka waktu yang lama,” lanjut Ade.

Baca selengkapnya di halaman kedua.