JAKARTA – Pembelian mobil secara kredit masih menjadi pilihan utama bagi masyarakat Indonesia, mengingat banyak yang belum mampu membeli secara tunai.
Ketua Umum Asosiasi Perusahaan Pembiayaan Indonesia (APPI), Suwandi Wiratno menjelaskan bahwa saat ini tenor kredit yang lebih panjang membuat cicilan bulanan menjadi lebih ringan.
“Menurut saya kalau pembelian kendaraan, memang di Indonesia itu tetap akan lebih banyak kredit daripada cash,” ujar Suwandi dalam keterangannya, seperti dikutip Holopis.com, Jumat (24/1).
Namun, Suwandi mengakui bahwa tahun ini pasar mobil menghadapi tantangan besar karena tingginya beban pajak pada konsumen, seperti PPN sebesar 12 persen dan opsen pajak. Ia menilai, pemerintah sebaiknya memberikan penundaan atau insentif untuk meringankan beban tersebut.
“Tapi si gubernur mengatakan untuk tahun 2025 ini yang X itu saya kasih insentif sebesar X juga, jadi artinya tidak akan ada kenaikan kan sebenarnya, tapi insentif namanya yang ada menerapkannya 3 bulan, 6 bulan, ada yang setahun,” jelasnya.
Suwandi juga menyoroti peraturan baru terkait riwayat kredit atau Sistem Layanan Informasi Keuangan (SLIK) yang dikelola oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Aturan ini membuat proses pengajuan kredit menjadi lebih sulit, terutama bagi masyarakat dengan catatan kredit negatif.
“Dulu kalau 70-80 persen kita bisa terima dan kita setujui, memang hari ini tinggal 60 persen. Nah sisanya kalau dia nggak bisa atau nggak mampu beli, dia sementara harus bersihkan dia punya nama terlebih dahulu,” ujarnya.
Untuk itu, Suwandi menganjurkan masyarakat dengan rekam jejak kredit negatif, seperti cicilan yang menunggak, untuk segera membersihkan riwayat tersebut. Caranya adalah dengan mendatangi perusahaan pembiayaan terkait dan membuat kesepakatan pelunasan.
“Memang ada beberapa cara, dia datang ke tempat kreditnya yang lama, dia melakukan negosiasi untuk pelunasan, sehingga SLIK-nya itu nanti ke depan menjadi baik lagi,” tutupnya.
