JAKARTA – Gubernur Bank Indonesia (BI), Perry Warjiyo menyampaikan, bahwa nilai tukar atau kurs mata uang rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) tetap terjaga stabil dan berpotensi mengalami penguatan.
“Kami memperkirakan ruang bagi nilai tukar untuk tetap stabil. Kami akan terus menjaga stabilitas ini,” kata Perry dalam keterangan resminya, seperti dikutip Holopis.com, Minggu (26/1).
Bahkan secara fundamental, menurutnya, ruang bagi mata uang garuda tersebut untuk menguat masih terbuka.
“Secara fundamental, terdapat peluang bagi rupiah untuk stabil, bahkan cenderung menguat,” ungkapnya.
Perry menambahkan, bahwa stabilitas nilai tukar rupiah tetap terjaga meskipun menghadapi tantangan global.
Langkah intervensi di pasar valuta asing, baik melalui transaksi spot, domestic non-delivery forward, maupun pembelian Surat Berharga Negara (SBN) dari pasar sekunder, menjadi strategi utama.
Beberapa faktor yang mendukung stabilitas rupiah antara lain tingkat inflasi yang terkendali dan pertumbuhan ekonomi yang positif.
“Selain itu, arus masuk dana asing juga meningkat pada triwulan IV 2024, dengan aliran ke SBN sebesar Rp 1,6 triliun dan ke Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI) sebesar Rp 4 triliun. Hal ini turut memperkuat nilai tukar,” jelasnya.
Lebih lanjut, Perry berharap kebijakan Dana Hasil Ekspor Sumber Daya Alam (DHE SDA) dapat meningkatkan pasokan dolar AS. Namun, Perry mengingatkan pentingnya mencermati dinamika global yang terus berkembang.
Pada Januari 2025, indeks dolar AS sempat mencapai level 109 sebelum turun ke kisaran 108 dalam dua hari terakhir. BI juga terus memantau kebijakan pemerintah Amerika Serikat dan arah suku bunga Federal Funds Rate (FFR) yang memengaruhi pergerakan indeks dolar AS.
“Kami berkomitmen untuk terus menjaga stabilitas nilai tukar rupiah,” pungkasnya.