JAKARTA – Presiden Amerika Serikat, Joe Biden baru memberikan pengampunan terhadap kasus pidana yang menimpa putranya, Hunter Biden. Anak laki-laki kedua Joe Biden tersebut diadili akibat kasus pelanggaran pajak dan tuduhan kepemilikan senjata.
Pengumuman ini pun memunculkan kontroversi di antara masyarakat Amerika Serikat. Apalagi saat Biden dilantik sebagai Presiden Amerika Serikat, ia bersumpah akan memulihkan integritas sistem peradilan yang menurut Partainya yaitu Demokrat, sudah diacak-acak oleh Donald Trump.
Anggota Kongres Partai Demokrat Maryland Glenn Ivey mengatakan ada kekhawatiran bahwa Hunter Biden akan mendapatkan tuntutan yang tidak adil dan ada keinginan yang kuat untuk melindungi Hunter.
“Saya tahu ada sentimen yang sangat kuat dan keinginan untuk melindungi Hunter Biden dari tuntutan yang tidak adil,” kata Glenn, dikutip Holopis.com, Selasa (3/12).
Ia kemudian mengatakan bahwa hal tersebut akan digunakan untuk menyerang mereka ketika mereka akan memprotes masalah serupa di pemerintahan Donald Trump.
“Hal ini akan digunakan untuk melawan kita, ketika kita memerangi penyalahgunaan yang dilakukan oleh pemerintahan Trump,” katanya.
Pembelaan Gedung Putih
Sementara itu, Gedung Putih memberikan pembelaan terhadap Joe Biden yang memberikan pengampunan terhadap kasus anaknya itu.
Juru bicara Gedung Putih Karine Jean-Pierre mengatakan bahwa Joe Biden yakin bahwa musuh-musuh politiknya akan terus mengejar Hunter Biden, dan tak akan pernah berhenti mengejarnya.
“Salah satu alasan presiden memberikan pengampunan adalah karena sepertinya lawan politiknya tidak akan melepaskannya (Hunter Biden). Tampaknya mereka tidak akan melanjutkan,” jelas Karine.
Keputusan mengejutkan dari presiden tertua AS itu dikecam oleh Partai Republik. Sementara Partai Demokrat mengakui bahwa keputusan Joe Biden tersebut memang bisa mengurangi kepercayaan publik terhadap mereka.
Karine juga mengatakan bahwa Joe Biden sebenarnya percaya dengan sistem peradilan di Amerika Serikat, namun ia juga percaya bahwa anaknya bisa dikucilkan secara politik.
“Ada dua hal yang mungkin benar, presiden memang percaya pada sistem peradilan dan Departemen Kehakiman, dan dia juga percaya bahwa putranya dikucilkan secara politik,” kata Karine.