Jumat, 20 September 2024
Jumat, 20 September 2024
NewsEkobizStafsus Sri Mulyani Beri Penjelasan soal Utang Pemerintah Tembus Rp 8.445 Triliun

Stafsus Sri Mulyani Beri Penjelasan soal Utang Pemerintah Tembus Rp 8.445 Triliun

HOLOPIS.COM, JAKARTA – Stafsus Menteri Keuangan (Menkeu), Yustinus Prastowo memberikan penjelasan terkait besaran utang pemerintah yang terus menerus disorot oleh publik. Pasalnya, posisi utang pemerintah terus membengkak hingga menembus angka Rp8.445 triliun per akhir Juni 2024.

Karena kenaikan utang yang terus terjadi, khususnya pada semester awal atau enam bulan pertama tahun ini, rasio utang terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) nasional pun terus mengalami kenaikan, hingga nyaris menembus angka 40%.

Prastowo lantas menjelaskan, kenaikan utang dalam enam bulan pertama tahun ini merupakan dampak dari strategi penarikan utang lebih awal (front loading), yang sejatinya bertujuan untuk memitigasi risiko di masa depan.

“Dengan pendekatan ini penarikan utang dimungkinkan dilakukan lebih awal, demi memitigasi risiko di masa depan. Maka pada bulan Juni 2024 pemerintah menarik utang lebih besar dari sebelumnya, sehingga rasio utang terhadap PDB menjadi 39,13%,” kata Prastowo dalam cuitan di akun X pribadinya @prastow, seperti dikutip Holopis.com, Jumat (2/8).

Dia mengatakan, strategi front loading merupakan langkah proaktif yang dilakukan oleh pemerintah untuk mengantisipasi ketidakpastian global melalui penarikan utang berbasis fleksibilitas dan pendekatan oportunis.

Terkait rasio utang terhadap PDB, anak buah Menkeu Sri Mulyani Indrawati itu mengatakan, pemerintah pemerintah memperkirakan rasio utang di akhir 2024 mencapai 38,80%.

“Berdasarkan Lapsem (Laporan Semester) I 2024, Pemerintah memproyeksikan rasio utang kita di akhir 2024 sebesar 38,80%,” ujarnya.

Besaran rasio tersebut, kata Prastowo merupakan angka yang moderat dan terjaga dengan tren yang menurutnya konsisten menurun.

“Sebagai informasi, rasio utang kita sebesar 30,23 persen (2019), 39,39 persen (2020), 40,74 persen (2021), 39,70 persen (2022), dan 39,20 persen (2023),” ujarnya.

Lebih lanjut, Prastowo memastikan pihaknya di Kementerian Keuangan (Kemenkeu) bersama DPR telah berkomitmen, bahwa perencanaan utang merupakan bagian kebijakan APBN yang dilakukan dengan baik, berhati-hati, dan memperhatikan dinamika global dan domestik.

“Tata kelola utang yang prudent dan mendukung pemulihan ekonomi yang berkelanjutan juga menjadi prinsip yang dipegang teguh,” pungkasnya.

Temukan kami juga di Google News lalu klik ikon bintang untuk mengikuti. Atau kamu bisa follow WhatsaApp Holopis.com Channel untuk dapatkan update 10 berita pilihan dari redaksi kami.

Baca Juga

Prabowo Gibran 2024 - 2029
Ruang Mula

BERITA TERBARU

Lainnya
Related

Tambah Sajian Kuliner, PT JMRB Resmi Hadirkan Gerai Eats and Co di Travoy Hub

HOLOPIS.COM, JAKARTA - Sebagai bentuk mendongkrak kebutuhan pengunjung dari...

Australia Hentikan Penyelidikan Antidumping Produk Nanas Indonesia

HOLOPIS.COM, JAKARTA - Pemerintah Australia memutuskan untuk menghentikan penyelidikan...

IHSG Melesat Usai BI dan The Fed Turunkan Suku Bunga

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada perdagangan Sesi I hari ini, Kamis (19/9), melesat hingga berhasil tembus level resistance 7.900.

SRBI Makin Laku, Kepemilikannya Capai Rp 918,42 Triliun

Bank Indonesia (BI) mencatat kepemilikan Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI) sampai dengan tanggal 17 September 2024 telah mencapai Rp 918,42 triliun.