HOLOPIS, JAKARTA – Kata ‘coli’ bagi sebagian orang mungkin masih terdengar asing. Hal ini wajar, sebab istilah tersebut jarang dipakai dalam percakapan sehari-hari. Kata coli yang beredar saat ini cenderung memiliki konotasi yang negatif, lantaran memiliki hubungan dengan hal-hal yang berkaitan dengan aktivitas yang bersifat seksual. Tak heran bila kata ini lebih dikenal oleh orang-orang di kalangan tertentu, khususnya kalangan remaja dan orang dewasa yang sudah terbiasa dengan aktivitas seksual.

Namun perlu diketahui, bahwa arti dari coli sendiri sebenarnya tidak terbatas pada aktivitas seksual saja. Dimana kata coli ternyata termasuk dalam kelompok homonim, yang berarti memiliki beberapa makna.

Arti Coli dalam KBBI

Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya, kata coli dalam pengertian umum sering kali dikaitkan dengan aktivitas yang bersifat seksual. Namun, jika kita melakukan penelusuran lebih jauh, terdapat beberapa penafsiran lain yang diungkapkan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI).

Pertama, coli dapat merujuk pada istilah untuk kutang atau pakaian dalam wanita. Ini menunjukkan bahwa kata tersebut memiliki nuansa yang lebih luas, mencakup benda-benda yang berkaitan dengan mode dan busana. Selain itu, coli juga merujuk pada jenis buah-buahan, seperti nangka atau cempedak, yang sudah mulai masak, memberikan makna yang segar dan berbeda dari konteks seksual.

Ketika kita membahas coli sebagai salah satu bentuk aktivitas seksual, KBBI memberikan definisi yang cukup konkret. Dalam konteks ini, coli dipahami sebagai proses onani, yaitu tindakan mengeluarkan mani atau sperma tanpa adanya hubungan seksual atau sanggama.

Hal ini mengindikasikan bahwa ada berbagai cara dalam memahami kata tersebut, tergantung pada konteks yang digunakannya. Artinya, meskipun coli sering diasosiasikan dengan aktivitas seksual, sebenarnya kata ini juga terbuka untuk interpretasi yang lain.

Lebih jauh lagi, coli dalam arti seksual sejajar dengan istilah onani atau masturbasi, terutama di kalangan pria. Ini menandakan adanya kesamaan dalam pemahaman budaya mengenai praktik ini. Onani sering kali dianggap sebagai kegiatan pribadi yang dilakukan untuk kepuasan diri, dan pemahaman atas istilah ini dapat berbeda-beda di setiap individu.

Selain itu, ada stigma sosial yang sering mengiringi praktik ini, menjadikan percakapan tentangnya sering kembali pada norma dan nilai-nilai yang ada dalam masyarakat.

Dengan memperluas pemahaman tentang makna kata coli, kita tidak hanya menjangkau aspek seksual, tapi juga menyentuh elemen lain yang berkontribusi pada kekayaan bahasa dan budaya.

Sementara banyak orang mungkin hanya mengenal coli dalam konteks onani, penting untuk mencermati bagaimana kata ini juga memiliki konotasi lain yang tidak kalah signifikan. Hal ini mengajak kita untuk lebih terbuka dalam memahami istilah-istilah yang mungkin tampak sederhana tetapi memiliki kedalaman dan konteks yang beragam.