HOLOPIS.COM, JAKARTA – Panglima TNI Jenderal Agus Subiyanto menjelaskan bahwa kebocoran data Badan Intelijen Strategis (BAIS) TNI menjadi pembelajaran baginya.
Agus berdalih, dari hasil evaluasi tersebut, mereka membutuhkan perubahan SDM (sumber daya manusia) serta alat yang lebih canggih di bidang IT.
“Makanya kita lagi evaluasi. Evaluasi dari SDM-nya, mungkin alat-alatnya juga harus bagus,” kata Agus dalam pernyataannya yang dikutip Holopis.com, Rabu (10/7).
Untuk SDM, Agus menjelaskan akan ada perubahan rekrutmen prajurit yang menangani permasalahan IT. Diakui mantan KSAD itu, bahwa memang kebutuhan SDM ahli di bidang IT kurang di dalam institusi TNI saat ini.
“Jadi kita sedang ubah doktrinnya, kemudian SOP-nya. Memang harus mulai dari rekrutmennya personel siber itu, dari civilian-nya dia memang harus mempunyai kemampuan IT. Baru masuk lewat rekrutmen khusus nanti, pendidikannya khusus. Baru dia masukkan ke satuan siber,” terangnya.
Hal itu dilakukan karena ternyata menurut Agus, posisi tersebut kebanyakan berasal dari bintara umum, tamtama umum, ataupun perwira umum. Oleh karena itu, ke depannya Agus akan membuka perekrutan khusus.
“Ya kita mau dari SDM-nya dulu ya, kalau SDM sudah bagus. Saya rasa tidak ada masalah,” pungkasnya.
Sebelumnya diberitakan, Mabes TNI akui adanya kebocoran data Badan Intelijen Strategis (BAIS) TNI yang sedang viral di media sosial belakangan ini.
Kapuspen TNI Mayjen Nugraha Gumilar mengatakan, sebagai langkah antisipasi saat ini pihaknya melakukan penutupan server BAIS demi menelusuri pelaku pembobolan data yang menamakan dirinya peretas MoonzHaxor.
“Saat ini server sudah dinonaktifkan untuk kepentingan penyelidikan yang lebih lanjut,” kata Nugraha dalam keterangannya pada Rabu (26/6).
Kendati demikian, Nugraha masih ngotot bahwa data yang bocor itu hanyalah data lama yang kemudian dimunculkan kembali saat ini.
“Data yang diretas adalah data lama dan di-release (tayangkan) pada tahun 2024,” klaimnya.
Di lini masa media sosial X, akun @FalconFeeds.io yang rutin memantau aktivitas siber, termasuk dari situs gelap (dark web) pada hari Senin (24/6) mengumumkan aksi peretasan oleh peretas MoonzHaxor terhadap sistem BAIS sehingga mereka mengklaim telah menguasai sejumlah data milik BAIS TNI.
Peretas dalam forum jual beli data gelap di dark web BreachForum juga menyediakan contoh (sample) data yang mereka kuasai, dan menjanjikan data lengkap (full set data) kepada mereka yang ingin membayar. Harga yang ditawarkan MoonzHaxor di forum itu sebesar 1.000 dolar AS untuk database 2.000 pengguna berukuran 773 kilobita (kb), dan 7.000 dolar AS untuk data-data rahasia berukuran 33,7 gigabita.
Dalam unggahan yang sama, MoonzHaxor juga menawarkan memperlihatkan sejumlah data yang dia retas dari database BAIS, yaitu dokumen-dokumen rahasia pada tahun 2020–2022.
Peretas yang sama pada minggu lalu (22/6) juga mengumumkan dia berhasil meretas sistem Indonesia Automatic Finger Indentification System (INAFIS) Kepolisian Negara Republik Indonesia. Data-data yang diklaim diretas dari sistem INAFIS mencakup gambar sidik jari, alamat email, dan aplikasi SpringBoot dengan beberapa konfigurasi.
Data-data itu dijual oleh MoonzHaxor seharga 1.000 dolar AS (setara Rp16,3 juta).