HOLOPIS.COM, JAKARTA – Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) telah meluncurkan Neraca Sumber Daya Laut Indonesia beberapa waktu lalu.
Neraca ini dinilai mampu menempatkan Indonesia sebagai leading country pengembangan neraca sumber daya laut (ocean accounting).
Menteri Koordinator Bidang Maritim dan Investasi, Luhut Binsar Pandjaitan mengatakan, tingginya aktivitas di ruang laut dan kawasan pesisir, serta ancaman kerusakan akibat polusi dan perubahan iklim memacu pemerintah melakukan berbagai terobosan menghadirkan tata kelola laut yang berkelanjutan.
“Kita harus mengutamakan kesehatan laut. Kita tidak ingin lagi ada overfishing, kita ingin mengembangkan budidaya perikanan untuk pengelolaan laut yang berkelanjutan. Perlu diingat, perubahan iklim juga sangat terpengaruh oleh laut,” ujar Luhut, dikutip Holopis.com, Senin (8/7).
Dengan alasan tersebut, menurut Luhut neraca sumber daya laut menjadi salah satu terobosan baru bagi Indonesia .
Sementara itu Menteri Kelautan dan Perikanan, Sakti Wahyu Trenggono menambahkan, neraca sumber daya laut Indonesia berupa dashborad yang berisikan kumpulan data sumber daya kelautan dan pesisir Indonesia yang berasal dari hasil riset dan survey. Sistem ini mengolah data secara dinamis sehingga menghasilkan informasi terbaru sesuai kondisi terkini di lapangan.
“Dashboard mampu menampilkan nilai ekonomi, ekologi, serta sosial suatu wilayah perairan laut dan pesisir. Kemudian dapat menganalisis dampak investasi di laut dan pesisir terhadap kesehatan ekologi untuk jangka pendek dan panjang. Baik itu investasi di bidang perikanan tangkap dan budidaya, pariwisata, transportasi laut, hingga pembangunan di wilayah pesisir yang berpotensi menimbulkan dampak lingkungan,” terangnya.
Menariknya, neraca sumber daya laut Indonesia juga dapat melacak wilayah lautan yang memiliki nilai ekologis dan ekonomi tinggi maupun sebaliknya. Informasi ini dapat digunakan untuk mendukung kegiatan rehabilitasi serta capaian target luasan kawasan konservasi laut Indonesia seluas 30 persen pada tahun 2045.
“Dengan sistem ini kita bisa menganalisa dampak pemanfaatan ruang laut, kondisi laut secara cepat. Ini tools untuk mendukung pengambilan kebijakan pengelolaan laut berkelanjutan,” bebernya.
Terdapat 10 lokasi pilot project pengembangan neraca sumber daya laut di Indonesia yang didukung oleh Global Ocean Accounts Patnership (GOAP).
“Areanya melipiti kawasan konservasi Gili Matra, Banda, Padaido, Raja Ampat, Waigeo Barat, Anambas, Pieh, Aru, Sawu, serta Pulau Kapoposang. Menurut Trenggono, area cakupan masih akan terus diperluas hingga seluruh wilayah perairan Indonesia,” pungkasnya.