Selain itu, adanya keterbatasan sumber daya seperti personel, teknologi, dan anggaran juga menjadi faktor yang mempengaruhi kemampuan lembaga-lembaga tersebut untuk merespons dengan cepat dan efektif.
“Ketidakcocokan atau inkompatibilitas dalam infrastruktur atau teknologi yang digunakan oleh berbagai lembaga juga dapat menghambat pertukaran informasi dan kerja sama yang efisien. Ini menjadi hal yang krusial mengingat pentingnya pertukaran informasi yang cepat dan akurat dalam menanggapi serangan siber yang sedang berlangsung,” tuturnya.
Dalam rangka untuk meningkatkan koordinasi ini, langkah-langkah konkret yang dapat diambil menurut Roy adalah pembuatan protokol yang jelas dan pedoman yang memetakan peran masing-masing lembaga dalam penanganan insiden keamanan siber.
Kemudian, pelatihan rutin dan simulasi bersama juga perlu dilakukan untuk meningkatkan kesiapan dan membangun kerja sama tim antar lembaga. Pembangunan atau peningkatan sistem informasi bersama akan memfasilitasi pertukaran informasi secara efisien dan aman.
Selanjutnya, dilakukan audit dan evaluasi reguler terhadap proses koordinasi yang ada juga diperlukan untuk mengidentifikasi dan memperbaiki kelemahan yang terdeteksi seiring waktu.
“Peningkatan cyber security culture di kalangan lembaga-lembaga terkait agar semua pihak dapat mengambil langkah-langkah preventif secara efektif,” sambung Roy.