Holopis.com Dipaparkan Wahyu lagi, bahwa aplikasi Sirekap Mobile tersebut akan mengambil form dari C1 hasil yang diisi menggunakan tulisan tangan. Sistem Sirekap mobile akan menangkap angka dengan teknologi optical character recognition (OCR). Menurut Wahyu, teknologi ini adalah perkembangan dan kemajuan sistem yang dijalankan IT KPU ketimbang di dalam Situng yang menggunakan ID Entry manual.

Masalah Input Data

Dalam kesempatan itu, Wahyu memberikan 3 (tiga) masalah utama mengapa inpit data bisa berbeda-beda antara tulisan di C1 hasil dengan data entry di dalam sistem Sirekap yang diproses di web apps Sirekap.

1. Tulisan Tangan

Wahyu menjelaskan bahwa kesalahan pertama bisa jadi ada pada obyek tulisan tangan yang salah dibaca oleh sistem OCR. Dengan kondisi ini terjadilah error data yang masuk ke dalam sistem Sirekap yang akhirnya perlu dilakukan perbaikan data dari administrator secara langsung dan berkala.

“Ada kemungkinan 7% ketika OCR salah mengubah gambar menjadi angka,” terangnya.

2. Kualitas Kamera Petugas

Di sisi lain, ada masalahnya ada di sisi kamera yang digunakan oleh petugas KPPS yang menghasilkan pengambilan gambar dan kondisi materi pemotretan. Karena setiap petugas KPPS menggunakan ponsel pribadi untuk melakukan pemotretan C1 hasil ke dalam aplikasi Sirekap Mobile.

Kondisi ini juga menurut Wahyu bisa saja menjadi persoalan ketika melakukan input data ke sistem Sirekap, apabila kualitas kamera ponsel yang digunakan KPPS kurang baik.

“HP itu beda-beda merk dan kualitasnya. Ada HP yang kualitas kameranya sangat bagus dan ada kamera yang kualitasnya sangat kurang bagus. Resolusinya beda-beda, akibatnya terjadilah contoh seperti di layar. Form C1 beda-beda, ada yang jelas, ada yang remang-remang, ada kekuning-kuningan,” papar Wahyu lagi.

3. Kondisi Kertas C1 Hasil

Masalah lain adalah kondisi kertas C1 hasil yang dipotret oleh petuga KPPS, apakah kondisinya tengah terlipat dan sejenisnya. Karena hal ini bisa juga menjadi kontribusi kesalahan hasil dari kinerja OCR di sistem aplikasi Sirekap Mobile tersebut.

“Kertasnya, contoh di form C1 di kanan itu kertanya terlipat, sehingga ketika terlipat itu bisa menghasilkan kesalahan interpretasi dari sistem OCR ini. Karena OCR ini bukanlah manusia yang bisa memperkirakan tapi patuh pada training data,” sambungnya.

Dengan demikian, jika KPU menemukan kondisi semacam itu maka dilakukan perbaikan karena Sirekap merupakan alat bantu publikasi dari proses rekapitulasi suara berjenjang yang dijalankan oleh KPU pada saat itu.

“Karena Sirekap ini adalah sarana untuk transparansi, makan ketika terjadi perbedaan kemudian terjadi keluhan atau komplain dari masyarakat, KPU melakukan tindakan koreksi sehingga kesalahan atau errornya semakin sedikit,” tukasnya.