HOLOPIS.COM, JAKARTA – Inisiator Gerakan Nurani Kebangsaan (GNK), Habib Syakur Ali Mahdi Al Hamid menyampaikan bahwa kegaduhan pasca pencoblosan Pemilu 2024 memang sulit dihindarkan.
Sebab, itu bagian dari konsekuensi demokrasi yang memberikan kesempatan bagi siapa pun untuk berkompetisi secara bebas dan terbuka.
“Ya kan siapa pun yang kalah biasanya akan mengatakan penyelenggara Pemilu curang, pemerintah tidak netral dan sebagainya. Dan biasanya itu dilakukan oleh orang yang tidak bijaksana, tidak siap kalah,” kata Habib Syakur dalam keterangannya, Sabtu (24/2) seperti dikutip Holopis.com.
Bagi Habib Syakur, narasi-narasi kecurangan semacam itu adalah bagian dari upaya propaganda untuk memanipulasi pikiran publik agar bisa mengikuti apa yang menjadi kemarahannya.
“Bisa jadi memang tidak ada kecurangan, tapi karena ekspektasi awalnya adalah pasti menang, namun faktanya kalah, dia akan melakukan upaya manipulatif, adu domba, hasut dan sebagainya. Itu biasa, alam bawah sadar mental pecundang,” ujarnya.
Ia pun menuding bahwa orang-orang yang suka melakukan adu domba kepada masyarakat sebenarnya tidak benar-benar cinta pada republik Indonesia, melainkan hanya cinta diri sendiri dan mengedepankan kepentingan golongan dan kelompoknya saja.
“Narasi-narasi adu domba itu dimunculkan oleh kelompok-kelompok yang tidak suka republik yang kita cinta ini tuh utuh, republik kita ini aman, damai, sejahtera,” tuturnya.
Oleh sebab itu, ia pun khawatir dengan orang-orang yang bermental pecundang tersebut, karena mereka akan melakukan apa pun demi sekadar mencari keuntungan pribadi namun mengabaikan kepentingan rakyat secara luas.
“Lah kelompok-kelompok tersebut tidak bisa bertanggung jawab kepada rakyat,” tukasnya.
Di sisi lain, ia mengingatkan bahwa konflik semacam itu akan menjadi celah yang paling empuk digunakan oleh kelompok-kelompok yang tidak ingin Indonesia utuh, seperti mereka yang sedang mengupayakan perubahan Indonesia menjadi daulah islamiyah.
“Ya pasti, kelompok Khilafah ini seperti dapat isu besar untuk melancarkan propagandanya. Makanya gerakan Metamorfoshow muncul untuk mempengaruhi masyarakat bahwa negara ini harus diubah sistem, Pancasila toghut, pemerintah toghut, demokrasi toghut,” terangnya.
Namun demikian, ia pun mengajak masyarakat luas, khususnya mereka para silent majority untuk bersama-sama memberikan dukungan kepada para penyelenggara pemilu, lembaga peradilan, aparat keamanan hingga pemerintah untuk menjalankan pemilu secara terlegitimasi.
“Ini tanggung jawab kepada pemerintah, itu sudah terikat dalam sumpah jabatan TNI, Polri, KPU, Bawaslu, itu tanggung jawabnya kepada Allah dan masyarakat yang waras, bukan kepada kelompok penentang pemerintah, kelompok yang menarasikan curang, mempropagandakan adu domba dan lain sebagainya,” pungkasnya.