HOLOPIS.COM, JAKARTA – Ketua Umum Jaringan Nasional Aktivis (Jarnas) ’98, Sangap Surbakti menyayangkan bekas pimpinan Forkot yang saat ini aktif menjadi politisi PDIP, Adian Napitupulu justru membuat narasi yang destruktif dalam Pemilu 2024. Hal ini pasca suara Capres mereka yakni Ganjar Pranowo mendapatkan suara paling sedikit dalam rekapitulasi suara sementara KPU.
“Kemarin saya nonton talkshow politik ada Adian. Dia selalu menyeret-nyeret rakyat dalam pusaran kisruh penyelenggaraan Pemilu. Itu tidak elok,” kata Sangap dalam keterangannya kepada Holopis.com, Kamis (22/2).
Baginya, narasi tidak siap kalah yang digemborkan oleh Adian justru bisa merusak tatanan sosial demokrasi yang sehat. Di mana masyarakat dipaksa untuk berpikir bahwa KPU curang dan pemilu tidak legitimasi hanya karena suara calon Presidennya tidak sesuai ekspektasinya.
“Rakyat sudah selesai perannya,” ketusnya.
Tokoh pergerakan mahasiswa ’98 yang terafiliasi di Forum Kota (Forkot) itu juga meminta agar Adian agar bisa menerima kenyataan bahwa pasangan Capres-Cawapres Nomor Urut 3, Ganjar-Mahfud MD kalah dalam pertarungan politik elektoral, sekalipun diusung PDI Perjuangan.
Kekalahan tersebut menurut Sangap, menjadi bukti pasangan itu capres-cawapres tersebut tidak dipercaya rakyat untuk mengemban amanah. Sebab, suara yang masuk dalam proses pencoblosan pada hari Rabu, 14 Februari 2024 lalu, rakyat tidak banyak mencoblos paslon mereka.
Lebih lanjut, Sangap juga memberikan pandangannya tentang argumentasi mengapa Ganjar Mahfud tumbang dalam Pilpres 2024, bahkan untuk mengejar suara kekalahan dari Anies Basweda – Muhaimin Iskandar pun tampaknya cukup sulit.
“Gini ya, kekalahan Ganjar-Mahfud itu merupakan kumulasi kinerja partai si Adian. Waktu Covid-19, menteri dari partai itu tega loh nilep bansos yang seharusnya jadi hak rakyat. Lalu kemarin si Adian teriak-teriak menyeret rakyat ke dalam pusaran kisruh penyelenggaraan pemilu, pikirannya masih sehat apa sakit sih?” tukas Sangap.
Lantas menurut Sangap, Adian yang kerap mengatasnamakan rakyat, dinilai sebagai bentuk ketidaksiapan Partai tempat Adian bernaung untuk meyakinkan rakyat agar memilih Ganjar-Mahfud.
Selain itu, kelakuan Adian kemarin disebutnya bisa menjadi bukti lemahnya saksi dari PDI Perjuangan di lapangan saat memantau jalannya proses penghitungan suara.
“Jangan-jangan saksi-saksi mereka tidak dipersenjatai dengan handphone yang memiliki teknologi mutakhir. Kalau seperti ini terjadi, ya jangan salahkan KPU, tapi introspeksi diri dong apa sih yang udah kalian berikan ke saksi kalian itu,” pungkasnya.