HOLOPIS.COM, JAKARTA – Mantan tim pemenangan Ganjar Mahfud, Prabu Revolusi menilai bahwa apa yang dikemukakan sejumlah rektor, guru besar hingga sivitas akademika di sejumlah kampus di Indonesia itu adalah sesuatu yang lumrah saja, dan patut dihormati.
“Saya pikir beberapa akademika yang mengemukakan sikapnya tentang demokrasi itu harus dihargai,” kata Prabu dalam keterangannya yang dikutip Holopis.com, Selasa (6/2).
Namun ia lebih bangga ketika mereka menunjukkan saja pilihan politiknya, agar bisa lebih jelas dan terang benderang preferensi politiknya untuk siapa, apakah Ganjar-Mahfud ataukah Anies-Imin.
“Kalau perlu bahkan diperjelas juga, memilih siapa, 01 atau 03, karena kan sudah hampir pasti bukan 02. Fair dan gentle,” ujarnya.
Pun demikian, ia juga menyimpan pertanyaan besar apakah para akademisi tersebut berhak menggunakan label almamater dalam menyampaikan sikap politik mereka itu, sementara pihak kampus sama sekali tidak mengeluarkan statemen tersebut.
“Yang ingin saya tanya adalah, apakah boleh mengatasnamakan kampus kalau bukan sikap resmi kampusnya?,” tukas Prabu.
Sekadar diketahui Sobat Holopis, bahwa sejumlah guru besar dan bahkan ada juga kalangan rektor yang ramai-ramai dan bergantian membuat petisi yang ditujukan kepada Presiden Joko Widodo dan aparatur negara. Mereka meminta agar Presiden Joko Widodo bersikap netral, termasuk juga para pejabat negara hingga aparatur baik TNI, Polri maupun ASN di Pilpres 2024.
Bahkan ada juga yang menyinggung soal pencalonan Gibran Rakabuming Raka di Pilpres 2024, seperti yang telah diutarakan oleh rektor Universitas Islam Indonesia (UII), Prof Fathul Wahid, di mana Mahfud MD sebagai cawapres nomor urut 03 sebagai guru besar di sana.
Selain UII, beberapa kampus seperti UGM, Unpad, Unhas dan sebagainya. Sayangnya, sikap mereka ternyata belakangan mayoritas bukan sikap resmi dari kampus.