Musni Umar Yakin Umat Islam Pasti Pilih Anies-Imin, Habib Syakur : Tidak Boleh Begitu !

Saya kita pendukung AMIN ini akan kelihatan goblok kalau masih pakai--pakai cara primordialisme untuk mencari kekuasaan. Belajar dari kesalahan 2014 dan 2017, setop politisasi SARA yang memicu polaritas yang sulit disembuhkan.

HOLOPIS.COM, JAKARTA – Bekas rektor Universitas Ibnu Chaldun Jakarta (UIC), Prof Musni Umar mengatakan bahwa tidak mungkin pemilih yang beragama Islam memilih selain Anies-Imin di Pilpres 2024.

“Kalau menurut saya, seorang pemilih Islam mayoritas akan ke AMIN, nggak mungkin ke (Prabowo – Gibran atau Ganjar – Mahfud), nggak mungkin,” kata Musni Umat dalam sebuah dialog interaktif seperti dikutip Holopis.com, Minggu (17/12).

Ia menyatakan bahwa persoalan elektabilitas capres-cawapres berdasarkan hasil survei tidak patut dipercaya, sebab para lembaga survei itu dibayar untuk kepentingan pemenangan.

“Survei itu dibayar gimana pak? Nggak ada makan gratis,” ujarnya.

Mendapati statemen profesor ilmu sosiologi tersebut, inisiator Gerakan Nurani Kebangsaan pun memberikan respons-nya. Ia menilai bahwa apa yang diujarkan oleh Musni Umar sebagai onani politik identitas.

“Ini bagian dari politisasi identitas, seolah yang Islam itu mereka saja, tidak boleh begitu,” kata Habib Syakur.

Ia juga menyayangkan sosok Musni Umar yang dinilai sebagai akademisi justru tidak bisa memberikan edukasi politik yang baik.

“Seharusnya dia kan bisa memberikan edukasi yang baik dalam berpolitik kepada masyarakat. Jangan membuat dikotomi Islam dan tidak Islam untuk merepresentasikan pilihan politik,” ujarnya.

“Apakah dengan diksi beliau, Habib Luthfi bukan pemilih Islam, jelas beliau dukung Prabowo-Gibran?, apakah Buya Muhtadi Dimyati bukan pemilih muslim karena dukung Ganjar Mahfud?, kan nggak begitu dong,” tuturnya.

Lebih lanjut, ulama asal Malang Raya ini mengingatkan kepada Musni Umar dan sejumlah timses Anies-Imin untuk kembali menggunakan cara-cara di Pilkada 2017, yakni dengan menggunakan politisasi identitas, baik suku, agama, ras dan antar golongan. Karena hal itu berpotensi memicu disintegrasi dan polarisasi bangsa.

“Saya kita pendukung AMIN ini akan kelihatan goblok kalau masih pakai–pakai cara primordialisme untuk mencari kekuasaan. Belajar dari kesalahan 2014 dan 2017, setop politisasi SARA yang memicu polaritas yang sulit disembuhkan,” tegasnya.

Temukan kami di Google News, dan jangan lupa klik logo bintang untuk dapatkan update berita terbaru. Silakan follow juga WhatsApp Channnel untuk dapatkan 10 berita pilihan setiap hari dari tim redaksi.

Berita Lainnya

Presiden Republik Indonesia

BERITA TERBARU

Viral