HOLOPIS.COM, JAKARTA – Pengamat politik dari Indikator Politik Indonesia, Burhanuddin Muhtadi mengingatkan bahwa tingginya tren elektabilitas Ganjar Pranowo selama ini masih didominasi oleh Jokowi effect.

Hal ini karena sebelum ada penetapan Capres-Cawapres, Ganjar lebih banyak dikaitkan dengan Jokowi sehingga suara publik ke bekas Gubernur Jawa Tengah itu selalu tinggi di hampir semua lembaga survei sebelum pengumuman Capres-Cawapres 2024.

“Berbulan-bullan atau setahun lebih, sejak 2022 awal, mas Ganjar berada di atas terus, karena co-bonding dengan pak Jokowi. Sama-sama dari PDIP, sama-sama dari Jawa Tengah, jadi terlalu banyak kesamaan, sehingga strategi co bonding itu sukses,” kata Burhanuddin dalam keterangan persnya secara daring seperti dikutip Holopis.com, Sabtu (9/12).

Ia mengingatkan pula bahwa sebelum Pilpres, nama Ganjar Pranowo tidak pernah direkomendasikan oleh PDIP. Namun setelah nama Ganjar selalu berada di tingkat elektabilitas, maka PDIP mengambil Ganjar untuk menjadi Capres mereka.

“Yang memunculkan mas Ganjar itu Pak Jokowi, bukan PDIP. Saat PDIP mengangkat mas Ganjar karena sudah ada di nomor satu,” ujarnya.

Jokowi Ganjar
Joko Widodo dan Ganjar Pranowo saat menghadiri Rakernas IV DPP PDIP.

Oleh sebab itu, ia juga tak yakin bahwa Ganjar Pranowo akan menang satu putaran seperti yang diharapkan oleh Tim Pemenangan Nasional atau TPN Ganjar-Mahfud. Sebab, rerata pendompleng tingkat elektabilitas Ganjar adalah pendukung Jokowi.

Sementara saat ini, kecenderungan pilihan politik Jokowi mengarah ke Prabowo Subianto, sehingga trend elektabilitas Prabowo-Gibran cenderung lebih tinggi di atas Ganjar-Mahfud.

“Apakah mungkin satu putaran atau tidak, saya tidak tahu. Tapi apakah tren eksodus pemilih pak Jokowi yang memilih pak Ganjar itu masih bertahan atau tidak,” tukasnya.

Yang ditunggu Burhanuddin saat ini adalah gebrakan Ganjar Mahfud untuk bisa menarik ceruk suara pemilih Jokowi agar bisa kembali mendukung Capres-Cawapres yang diusung PDIP. Masalahnya, sejauh ini langkah PDIP malah tidak efektif yakni dengan melakukan politik attacking kepada Jokowi.

Kemudian, apakah nanti akan ada tsunami politik atau blunder yang dilakukan oleh Prabowo Gibran, sekurang-kurangnya saat agenda debat Capres-Cawapres nanti. Jika ada blunder yang bersifat batal, ada kemungkinan pendukung Jokowi akan mengalami limbung dan lebih mendukung Ganjar-Mahfud.

Hal ini disampaikan sekaligus menjadi early warning kepada Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka agar jangan sampai membuat blunder politik yang berpotensi besar membuat elektabilitas mereka merosot.

“Kemudian apakah ada perubahan dinamika signifikan misal di dalam debat. Atau apakah ada blunder, jangan-jangan pak Prabowo blunder nanti, makanya pak Probowo jangan senang dulu, pemilu masih panjang, masih ada sekitar 2 bulanan kan,” pungkasnya.