HOLOPIS.COM, JAKARTA – Ekonom Senior Faisal Basri membeberkan hitung-hitungannya perihal balik modal proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung (KCJB) yang telah diresmikan Presiden Jokowi beberapa waktu lalu. Menurutnya, mega proyek hasil kerja sama dengan Tiongkok tersebut berpotensi balik modal lebih dari 100 tahun.
Mulanya, dia menjelaskan dengan pendapatan bersih dari penjualan tiket, tanpa membayar bunga utang sekitar 3,4 persen, dan tanpa menghitung ongkos operasional, dibutuhkan waktu sekitar 48,3 tahun untuk mengembalikan modal Rp114 triliun.
“Jadi nilai investasinya Rp 114 triliun. Pendapatan dari penumpang setiap tahun Rp 2,36 triliun. Ini butuh waktu 48,3 (tahun) tanpa ongkos operasi tanpa macam-macam, tanpa bayar bunga. Tapi kan ini janji surga, asumsinya surga,” ujarnya dalam keterangannya di Jakarta yang dikutip Holopis.com, Selasa (17/10).
Sebagai informasi, perhitungan nilai invetasi tersebut menggunakan asumsi kurs Rp 14.300/US$. Sehingga untuk investasi proyek senilai US$ 8 miliar jika dirupiahkan menjadi Rp 114 triliun.
Pun untuk perhitungan pendapatan dari penumpang menggunakan asumsi harga tiket Rp300 ribu per perjalanan, dengan kapasitas penumpang sebanyak 601 orang yang terisi 100 persen.
Sementara jika tempat duduk tersisa hanya 75% maka waktu untuk balik modal menjadi 64 tahun. Lalu jika jumlah perjalanan sehari menjadi 30 kali, waktu balik modalnya adalah 77,3 tahun.
“Jika tempat duduk terisi 75% jadi 64 tahun. Jika hanya 30 trip sehari maka 77 tahun,” lanjutnya.
Selanjutnya jika tarifnya diturunkan menjadi Rp 250 ribu, waktu balik modalnya menjadi 92,7 tahun. Dan kalau asumsi kurs dinaikkan menjadi Rp 14.500, maka lama balik modal menjadi 94 tahun.
“Jika tarifnya diturunkan karena nggak laku, 92,7 tahun. Jika kursnya Rp 14.500, tadi Rp 14.300 sebelumnya, cuma Rp 200 perak, sekarang hampir Rp 16.000, itu 94 tahun. Ganti aja Rp 14.500 jadi Rp 15.700, jadi 100 tahun,” imbuhnya.
Sementara itu jika ada kenaikan nilai investasi menjadi US$ 8,5 miliar maka waktu balik modal menjadi 98,5 tahun. Lalu jika tingkat keterisian penumpang hanya 50% dengan nilai investasi tetap Rp 114 triliun, maka dibutuhkan waktu hingga 139 tahun
“Nilai investasinya tetap Rp 114 triliun, seat-nya kalau 50% terisi itu 139 tahu. Gampang kok itu ngitungnya,” tegasnya.