HOLOPIS.COM, JAKARTA – Pengamat politik dari Universitas Al Azhar Indonesia (UAI), Ujang Komarudin mengatakan bahwa parameter utama untuk menentukan apakah Capres-Cawapres berpeluang menang atau tidak ukurannya adalah elektabilitas sosok, baik sosok Capres maupun Cawapresnya.
“Ukuran atau indikator parameter kemenangan itu adalah elektabilitas. Baik elektabilitas Capres artinya Prabowonya, maupun Cawapresnya. Suka atau tidak suka itu ukurannya,” kata Ujang kepada Holopis.com.
Sekalipun partai politik yang mengusung kuat, Ujang melihat itu bukan menjadi barometer utama untuk mengukur tingkat potensi kemenangan.
“Karena pemilihan langsung adalah bukan koalisinya atau partainya, tapi figurnya, tokoh capres-cawapres yang akan dinilai,” ujarnya.
Saat ditanya bagaimana peluang besar Prabowo untuk memilih Cawapres demi mengejar kemenangan, Ujang menilai figur itu harus bisa menjadi pelengkap dari kekurangan sekaligus penyeimbang Prabowo Subianto.
“Yang penting kalau kita bicara Pak Prabowo, itu figur kelompok Islam penting karena Pak Prabowo nasionalis. Kalau Pak Prabowo militer maka kelompok sipil juga penting. Kalau Pak Prabowo adalah (tokoh asal) Jawa maka (tokoh) luar Jawa cawapresnya adalah penting,” tuturnya.
Pun demikian, semua sosok nama kandidat bakal cawapres yang muncul di berbagai lembaga survei tetap memiliki peluang untuk dipilih. Hanya saja, di dalam situasi saat ini semua masih terlalu dinamis.
“Ini pertarungan Cawapres, kalau Capresnya sudah jelas, jadi Cawapresnya ini akan tarik ulur. Jadi sampai di Oktober atau sampai hari-H pendaftaran, maka masih akan dinamis ya cawapresnya pak Prabowo ataupun cawapresnya yang lain,” pungkasnya.