HOLOPIS.COM, JAKARTA – Wakil Ketua Umum DPP Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), Jazilul Fawaid menyatakan, bahwa komitmen partainya untuk Pilpres 2024 tetap masih sesuai dengan hasil Muktamar PKB di Nusa Dua Bali 21 Agustus 2019 yang lalu, dimana Ketua Umumnya, yakni Muhaimin Iskandar harus ikut masuk dalam bursa Capres Cawapres.
“Hasil muktamar bahwa PKB harus terus berusaha agar Gus Muhaimin maju di Pilpres 2024,” kata Jazilul dalam keterangannya yang dikutip Holopis.com, Sabtu (13/5).
Dan pertimbangan lainnya adalah soal koalisi. Sejauh ini berdasarkan pakta integritas antara PKB dan Partai Gerindra di Koalisi Kebangkitan Indonesia Raya (KIR) juga sudah menyatakan, bahwa Prabowo Subianto dan Muhaimin Iskandar lah yang boleh menentukan siapa Calon Presiden dan Calon Wakil Presiden untuk Pilpres 2024 dari koalisi yang dibentuk kedua partai politik itu.
“Pakta kerja sama atau piagam kerja sama bersama partai Gerindra, yang di situ memandatkan Gus Muhaimian dan Pak Prabowo yang menentukan pasangan Calon Presiden dan Calon Wakil Presiden,” ujarnya.
Untuk memperkuat koalisi, Jazilul menyebut bahwa baik Gerindra maupun PKB diberikan kebebasan untuk mengajak partai-partai lainnya agar bisa bergabung.
Hal ini untuk memberikan klarifikasi bahwa pertemuan yang dilakukan Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar dengan Ketua Umum Partai Golkar Airlangga Hartarto beberapa kali itu bukan untuk membuat poros baru.
“Dan di piagam deklarasi itu, koalisi KIR Ini juga terbuka bergabungnya partai-partai lain. Oleh sebab itu komunikasi kami dengan Gokar sungguh sangat baik. Beberapa kali Ketua Umum bertemu dan juga bertemu di halal bihalal menyamakan visi, kemudian memutuskan satu hal penting menurut saya seperti Ketua Umum Partai Golkar agar PKB dan Golkar menjadi koalisi,” jelasnya.
Hanya saja, sampai dengan saat ini belum ada keputusan resmi antara PKB dan Golkar akan bergabung atau tidak. Sebab, beberapa kali pertemuan masih dalam tahap penjajakan visi bersama.
“Apa yang menjadi pijakan PKB bertemu dengan Golkar, itu adalah merumuskan agar ide pak Airlangga juga bisa berjalan. Namanya koalisi besar. Koalisi besar itu (ibarat) buat rumah, baru desain gambar. Kalau KIR sudah berbentuk rumah,” tegasnya.
Oleh sebab itu, Jazilul pun menegaskan bahwa arah perjuangan bersama tersebut tinggal berada di tangan Partai Golkar. Apakah akan bergabung dengan koalisi bersama Partai Gerindra atau tidak.
“Kapan Golkar mengumumkan untuk bersama-sama secara resmi, sebab sampai hari ini Golkar kan masih ada di Koalisi Indonesia Bersatu yang katanya solid itu,” pungkasnya.