JAKARTA, HOLOPIS.COM – Menteri Keuangan (Menkeu), Sri Mulyani Indrawati mewaspadai adanya potensi stagflasi yabg kini menjadi ancaman serius bagi banyak negara, termasuk Indonesia.
Menurut Ani, sapaan akrabnya, perlu adanya kebijakan yang tepat dalam merespon ancaman ini, sehingga Indonesia bisa terhindar dari risiko turunannya.
“Perubahan risiko global ini harus menjadi fokus perhatian dan harus kita kelola secara tepat langkah dan tepat waktu, hati-hati, dan efektif,” ungkap Ani dalam Rapat Paripurna DPR, Jumat (20/5).
Ani pun menjelaskan, bahwa stagflasi merupakan kondisi ekonomi suatu negara yang menunjukkan tingkat inflasi yang melonjak, namun perekonomian justru melambat.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), inflasi Indonesia pada April 2022 telah menyentuh angka 3,47 persen year on year (yoy). Tingginya angka inflasi itu salah satunya disebabkan oleh melonjaknya harga di sektor volatile food (VF) seperti minyak goreng, dengan besaran 0,39 persen,
Menurutnya sampai saat ini inflasi Indonesia masih aman meski terjadi kenaikan harga-harga yang begitu tinggi akibat kondisi geopolitik Rusia dan Ukraina yang tak menentu. Pertumbuhan ekonomi Indonesia juga cenderung aman di tengah banyaknya risiko global saat ini.
Namun, lonjakan harga yang begitu tinggi terutama di sektor energi perlu direspon dengan kebijakan fiskal. Salah satunya dengan menambah anggaran subsidi energi yang sudah tak sejalan dengan harga minyak yang telah menembus US$ 100 per barel.
Hal ini tentu bertujuan agar pemerintah tidak perlu mengambil langkah menaikkan bahan bakar minyak (BBM) dan listrik yang dikonsumsi masyarakat luas. Sehingga inflasi bisa lebih dikendalikan.
Meski demikian, Sri Mulyani tetap memperkirakan inflasi di tahun ini bisa mendekati 4 persen.