JAKARTA, HOLOPIS.COM – Pemerintah Provinsi Jawa Barat menerapkan micro lockdown di tingkat kecamatan atau desa untuk mencegah meluasnya wabah penyakit mulut dan kuku (PMK).
Berdasarkan laporan, hingga Selasa (17/5), ada 662 ekor sapi potong, sapi perah, domba, dan kambing di Jabar yang terinfeksi PMK.
“Kita tidak menutup secara total. Makanya, pada saat hewan masuk [ke Jabar], di [lokasi] check point kita minta SKKH [Surat Keterangan Kesehatan Hewan] dari kota pengiriman. Kalau terlihat gejala PMK, ya dipulangkan,” kata Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Peternak
Adapun dari jumlah kasus tersebut, sekitar 200 ekor dinyatakan sembuh dan sisanya mati, dipotong paksa, dan dalam pengobatan. Arifin mengungkapkan kasus PMK itu dilaporkan di enam wilayah.
Keenam daerah tersebut adalah Kabupaten Garut, Kabupaten Tasikmalaya, Kota Banjar, Kota Tasikmalaya, Kabupaten Sumedang, dan Kabupaten Kuningan.
Ia mengatakan penanganan wabah PMK yaitu dengan memberikan obat dan vitamin kepada hewan. Sementara itu, Pemprov Jabar masih menunggu vaksin untuk hewan dari Kementerian Pertanian.
“Yang mati jumlahnya sedikit. Kalau tingkat kesembuhan sudah di angka 30 persen, treatment-nya seperti penanganan Covid-19,”
Arifin mengatakan penerapan micro lockdown bertujuan agar kegiatan perekonomian masyarakat tidak terpengaruh signifikan. Pengawas atau Pejabat Otoritas Veteriner Pemerintah Daerah pun memantau langsung sekaligus memberikan vitamin dan obat untuk hewan ternak.
DKPP Jabar kini tengah berupaya mencairkan dama belanja tak terduga (BTT) untuk penanganan wabah PMK.
“Sudah minta arahan ke gubernur agar dana BTT bisa cair untuk monitoring ke lapangan. Lalu dokter hewan kunjungan ke lapangan, untuk obat, vitamin, dan operasional dengan instansi terkait seperti polda atau polres setempat supaya [hewan ternak] yang masuk ke Jabar clear dari sisi kesehatan,” ujarnya.