BANYUWANGI, HOLOPIS.COM – Deputi II Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) bidang Penindakan dan Pembinaan Kemampuan, Irjen Pol Ibnu Suhendra menyebut, bahwa pesantren miliki peran penting dalam menghalau bahaya paham dan gerakan radikal-terorisme yang hingga kini masih menjadi ancaman di Indonesia.
Hal itu ia sampaikan dalam kunjungannya ke Pondok Pesantren Darussalam Blokagung di Banyuwangi, Jawa Timur. Perwira bintang dua yang merupakan putra asli Banyuwangi itu juga menekankan bahwa selain dibentengi dengan pemahaman keagamaan yang lurus, pesantren juga memiliki kekuatan kultural untuk membendung persebaran paham radikal.
“Pondok pesantren moderat punya peran tinggi dalam membendung terorisme di masyarakat,” kata Irjen Pol Ibnu, Senin (13/12).
Belakangan ini, radikalisme dan terorisme memang kerap dikaitkan dengan Islam, namun ia menjelaskan bahwa paham dan gerakan yang bermuara pada kekerasan itu sejatinya tidak hanya menggerogoti satu agama saja; paham kekerasan telah merasuk dan mengikis pondasi di banyak agama lain.
Irjen Pol Ibnu Suhendra kemudian menjelaskan bahwa radikalisme dan terorisme bukan hanya masalah satu agama. Ia memaparkan ada banyak kasus radikalisme dan terorisme, terutama di dunia internasional yang melibatkan umat dari berbagai agama. Menurutnya, hal ini disebabkan oleh penyalahgunaan ajaran agama untuk kepentingan politis.
“Problem radikalisme dan terorisme itu tidak hanya ada di salah satu agama. Keduanya bukan ajaran agama, tetapi pahamnya disalahgunakan,” jelas dia.
Untuk itu, lulusan Akpol 1993 ini meminta masyarakat terus mewaspadai bahwa penyalahgunaan ajaran agama untuk kepentingan teror. Khusus untuk lembaga pendidikan agama seperti pesantren, ia mengajak seluruh komponen pesantren, terutama kyai dan ustaz/ustazah untuk selalu berada di baris paling depan dalam melawan radikalisme dan terorisme.
“Pesantren moderat milik NU dan Muhammadiyah jangan sampai disusupi paham radikal,” tutup dia.