Holopis.com HOLOPIS.COM, JAKARTA – Menteri Agama (Menag), Nasaruddin Umar mengingatkan para santri untuk percaya diri memiliki cita-cita yang tinggi, termasuk bercita-cita menjadi pemimipin negara, yang dalam hal ini menjadi presiden atau wakil presiden.

Hal itu disampaikan Nasaruddin saat memimpin apel peringatan Hari Santri Nasional (HSN) 2024 yang berlangsung di Tugu Proklamasi, Jakarta Pusat, Selasa (22/10).

Imam besar Masjid Istiqlal itu lantas mengatakan, sudah ada contoh pemimpin negara yang berasal dari kalangan santri, seperti KH. Abdurrahman Wahid atau Gus Dur yang menjadi Presiden ke-5 RI dan KH. Ma’ruf Amin yang menjadi Wakil Presiden ke-14 RI.

“Santri bisa jadi presiden dan kita punya presiden yang berlatar belakang santri, yaitu KH. Abdurrahman Wahid atau yang kita kenal Gus Dur. Santri juga bisa menjadi wapres kita punya wapres santri, yaitu KH. Ma’ruf Amin,” kata Nasaruddin dalam sambutannya.

Nasaruddin menerangkan, bahkan banyak tokoh besar seperti menteri, pengusaha, diplomat, hingga birokrat yang pernah mengenyam pendidikan di pesantren.

Oleh karena itu, dia berpesan agar para santri tetap percaya diri dan senantiasa berjuang untuk meraih cita-cita mereka, terlebih jika cita-citanya akan memajukan bangsa Indonesia.

“Semua pasti bisa diraih seperti pepatah yang diajarkan pesantren, man jadda wa jadda, barang siapa yang bersungguh-sungguh pasti akan berhasil, man sarra wassala, barang siapa yang berjalan pasti akan sampai,” ungkap Nasaruddin.

Diakui Nasaruddin, masa depan Indonesia ada di pundak para santri. Maka dari itu, banyak harapan yang dimulai dari para santri.

“Maka pada para santri saya bepesan rengkuh masa depan dengan semangat dan ketekunan, kuasai Iptek dan terusklah berinovasi dan berkontribusi untuk meraih kegemilangan masa depan bangsa Indonsia,” tutur Nasaruddin.

Lebih lanjut, Menag yang baru saja dilantik pada Senin (21/10) kemarin itu berpesan agar para santri tetap melanjutkan tugas kiai dan memiliki semangat perjuangan untuk tetap menjaga keutuhan bangsa Indonesia.

Terlebih, Hari Santri menjadi momentum bagi semua untuk mengenang dan meneladani para santri yang telah memperjuangkan dan mempertahankan kemerdekaan Indonesia.

Ditambahkan Nasaruddin, sejarah juga telah mencatat bahwa kaum santri adalah salah satu kelompok yang paling aktif menggelorakan perlawanan terhadap para penjajah.

Salah satu bukti perlawanan santri terhadap para penjajah adalah peristiwa Resolusi Jihad pada tanggal 22 Oktober tahun 1945 yang dimaklumatkan oleh Hadratus Syekh Kiai Haji Hasyim Asyari, pendiri Nahdlatul Ulama (NU).

“Jika para pendahulu berjuang melawan penjajah dengan angkat senjata, maka santri saat ini berjuang melawan kebodohan dan kemunduran dengan angkat pena,” ucap Nasaruddin.