Holopis.com HOLOPIS.COM, JAKARTA – Pemimpin Gereja Katolik Dunia sekalogus Kepala Negara Vatikan Paus Fransiskus mengungkapkan rasa kagumnya dengan keberagaman dan toleransi yang sangat tinggi di Indonesia. Saat mengunjungi Masjid Istiqlal, Paus memuji terowongan silaturahmi yang menyambungkan Masjid Istiqlal dan Gereja Katedral.

“Kita harus membahas terowongan bawah tannah, terowongan persahabatan (terowongan silaturahmi),” kata Paus Fransiskus saat berbicara di depan khayalak, dalam cuplikan di Instagramnya @franciscus, dikutip Holopis.com, Jum’at (6/9).

Paus Fransiskus menjelaskan bahwa jembatan ini menyambungkan Masjid Istiqlal dan Gereja Katedral Santa Maria dan ini adalah pertanda toleransi yang ada di Indonesia.

“Ini adalah menunjukkan bahwa dua tempat ibadah besar ini tak hanya berlokasi berhadap-hadapan, tetapi juga tersambung satu sama lain,” kata Paus Fransiskus.

Paus Fransiskus juga menceritakan apa yang ia ketahui soal terowongan itu. Yaitu sebuah terowongan yang membuat pertemuan yang membeirkan kesempatan nyata agar keduanya hidup bersamaan.

“Suasana bersamaan, suasana saling melangkah di lantai satu sama lain, yang meskipun kacau bisa menjadi pengalaman persaudaraan yang sejati, kafilah solidaritas ziarah suci,” katanya.

Seperti diberitakan Holopis.com sebelumnya,  Salah satu momen yang membuat banyak hati orang tertegun adalah saat Imam Besar Istiqlal Nasaruddin Umar mencium kepala Paus Fransiskus.

Paus Fransiskus kemudian membalas kebaikan tersebut dengan mencium tangan Nasaruddin Umar. Kedua tokoh yang berarti untuk masing-masing umatnya itu mengenakan pakaian berwarna putih dan tampak senada.

Paus Fransiskus lalu melambaikan tangannya kepada masyarakat yang hadir dan meninggalkan Masjid Istiqlal.

Paus Fransiskus sangat terkesan dengan sikap saling bergandengan tangan ketika tendensi untuk memecah belah, memaksa, dan memprovokasi satu sama lain terus meningkat.

“Kamu tahu apa yang mempunyai kepentingan atau apa yang memecahbelahkan dan meruntuhkan semua itu? Tentu saja adalah kerja setan, jadi berhati-hati,” kata Paus.

“Nabi-nabi persatuan, di dalam dunia, ketika tendensi untuk memecah belah, memprovokasi sesama lain, niatnya terus menerus meningkat,” lanjtunya.

Paus membayangkan Indonesia yang merupakan sebuah negara kepulauan yang luas namun orang-orangnya dapat bersatu dan saling merangkul.