HOLOPIS.COM, JAKARTA – Sebuah pertemuan keagamaan di desa Hathras, Utter Pradesh, India, berakhir menjadi tragedi memilukan ketika lebih dari 116 orang, sebagian besar perempuan dan anak-anak, tewas terinjak-injak. Insiden ini menjadi salah satu bencana terburuk dalam beberapa tahun terakhir di negara tersebut.

Pertemuan yang dihadiri oleh ribuan jamaah ini berlangsung di tengah cuaca panas yang ekstrem di distrik Hathras, sekitar 200 km tenggara dari New Delhi.

Kondisi kepadatan yang tinggi pada saat orang-orang mencoba meninggalkan tempat tersebut diyakini menjadi salah satu faktor pemicu terjadinya terinjak-injak tersebut.

“Karena kepadatan yang berlebihan, pada saat orang-orang mencoba meninggalkan tempat tersebut,” demikian disampaikan oleh Administrator Distrik Hathras Ashish Kumar, dikutip Holopis.com, Rabu (3/7).

Menurut laporan, kerumunan mulai mendorong ke arah panggung setelah acara untuk menyentuh pendeta yang sedang turun. Keadaan semakin kacau ketika orang-orang berusaha mencari air di tengah panas yang menyengat, dengan beberapa orang terpeleset di daerah yang berlumpur basah atau terjatuh di sekitar tempat air.

Pejabat daerah kemudian segera bertindak cepat, dan menyatakan bahwa 18 orang terluka dalam insiden tersebut dan dirawat di rumah sakit setempat.

Sementara itu Kepala Menteri Uttar Pradesh, Yogi Adityanath, menjanjikan penyelidikan mendalam dan tindakan hukum terhadap siapa pun yang terbukti bertanggung jawab.

Ia juga menyoroti kemungkinan bahwa pertemuan tersebut mungkin melampaui kapasitas yang diizinkan oleh otoritas setempat.

Pemerintah federal di bawah kepemimpinan Perdana Menteri Narendra Modi telah menanggapi dengan cepat, menyediakan bantuan kepada negara bagian tersebut dan mengumumkan kompensasi sebesar 200.000 rupee untuk keluarga korban yang meninggal dan 50.000 rupee untuk mereka yang terluka dalam insiden tragis ini.

Sebagai tambahan informasi, insiden serupa pernah terjadi di tahun 2013 yang menewaskan 115 orang dan tragedi lainnya di tahun 2008 serta 2005. Kejadian-kejadian tersebut melibatkan jumlah korban jiwa yang signifikan selama peristiwa ibadah dan pertemuan keagamaan.