HOLOPIS.COM, JAKARTA – Mantan Menteri Keuangan (Menkeu) RI, Chatib Basri merespon positif pertemuan antara pemerintah dengan tim gugus sinkronisasi presiden dan wakil presiden terpilih, Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka pada hari ini, Senin (24/6).

Menurutnya, pertemuan antara pemerintah dalam menjelaskan kepastian terkait defisit anggaran pemerintahan baru yang beberapa waktu lalu sempat beredar kabar bakal berada di atas 3 persen dapat meredakan gejolak pasar, yang berdampak pada pelemahan nilai tukar rupiah.

Dia pun mulanya menjelaskan terkait beberapa hal yang memicu pelemahan nilai tukar rupiah yang terjadi dalam beberapa waktu lalu. Dimana salah satunya terdapat kekhawatiran pasar terkait kondisi fiskal Indonesia.

“Pertama, menguatnya US dollar terhadap berbagai mata uang, termasuk rupiah. Kedua, dalam kasus Indonesia, pelemahan rupiah juga dipicu karena adanya kekhawatiran mengenai kesinambungan fiskal Indonesia,” kata Chatib Basri dalam keterangannya, seperti dikutip Holopis.com, Senin (24/6).

“Defisit fiskal dikhawatirkan meningkat untuk mengakomodasi program-program pemerintah baru. Kekhawatiran itu itu memicu pelemahan rupiah,” lanjutnya menjelaskan.

Chatib lantas menilai wajar respon pasar yang mengkhawatirkan fiskal Indonesia menjadi tidak sustainable. Namun menurutnya, kekhawatiran pasar tentu akan mereda setelah pertemuan pemerintah dengan tim Prabowo-Gibran.

Adapun dalam konferensi pers, kedua pihak tersebut menyatakan, bahwa defisit anggaran akan dijaga dalam rentang antara 2.29 sampai dengan 2.82 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB).

“Perlu dicatat, dalam press conference itu disebut bahwa program makan bergizi sebesar Rp 71 triliun pada tahun 2025 sudah masuk dalam rentang defisit ini,” katanya.

Chatib mengatakan, bahwa keterangan dari pemerintah dan tim Prabowo-Gibran tersebut memberikan kepastian kepada pasar, bahwa pengelolaan fiskal Indonesia yang penuh kehati-hatian akan kembali dilanjutkan.

Hal tersebut, kata Chatib, menjadi penting karena implikasinya pemerintah saat ini dan ke depan akan tetap menjaga disiplin fiskal di bawah 3 persen, sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

“Dalam situasi ekonomi global dalam ketidakpastian, di mana tingkat bunga di Amerika Serikat diperkirakan masih bertahan tinggi setahun ke depan, penjelasan bahwa fiskal disiplin akan dijaga saya kira merupakan sesuatu hal yang amat penting,” pungkasnya.