MOSKOW, HOLOPIS.COM – Rusia menuntut Amerika Serikat meminta maaf setelah Presiden Joe Biden menyebut Presiden Vladimir Putin sebagai pembunuh.
Meski diucapkan secara tidak langsung, Rusia mengancam akan membalas AS. Demikian disampaikan Wakil Ketua Majelis Tinggi Rusia Konstantin Kosachyov
Komentar Biden dinilai tidak bisa diterima dan membuat hubungan kedua negara semakin memburuk. Sementara, Rusia berharap kebijakan AS ikut berubah seiring pergantian kepemimpinan dari Donald Trump.
Setelah pernyataan itu, Rusia memanggil duta besarnya di Washington DC serta mengancam mengenai masa depan hubungan kedua negara.
Kosachyov mengatakan, penarikan dubes di Washington DC merupakan langkah paling masuk akal dalam kondisi saat ini.
“Saya curiga ini bukanlah yang terakhir kecuali ada penjelasan atau permintaan maaf dari AS. Penilaian semacam ini tidak pantas dari mulut seorang negarawan berpangkat seperti itu. Pernyataan semacam ini tidak bisa diterima dalam kondisi apa pun,” kata Kosachyov, dalam sebuah posting-an di Facebook.
Sementara itu Kremlin belum menanggapi secara terbuka pernyataan Biden.
Sebelumnya, dalam wawancara dengan George Stephanopoulos dari ABC News yang ditayangkan pada Rabu (17/3/2021), Biden ditanya apakah ia menilai Putin sebagai pembunuh.
“Saya mengiyakan itu. Saya yakin,” jawab Biden.
AS menuding Putin telah mencampuri Pilpres AS dengan berusaha memenangkan Donald Trump. Rusia sendiri membantah tudingan itu.
Follow channel WhatsApp Holopis.com
Anda dapat menyiarkan ulang, menulis ulang, dan atau menyalin konten ini dengan mencantumkan sumber dengan link Holopis.com.
Temukan kami di Google News, dan jangan lupa klik logo bintang untuk dapatkan update berita terbaru. Silakan follow juga WhatsApp Channnel untuk dapatkan 10 berita pilihan setiap hari dari tim redaksi.