JAKARTA, HOLOPIS.COM – Tim bulutangkis Indonesia yang dipaksa kalah WO di pertandingan All England 2021 membuat berbagai pihak kesal, salah satunya Komite Olimpiade Indonesia (KOI).
Ketua KOI Raja Sapta Oktohari, menuntut pertanggungjawaban BWF. Polemik ini muncul sejak Rabu (19/3) waktu setempat, BWF cenderung mencari alasan dan menjadikan aturan protokol kesehatan Inggris terkait Covid-19 sebagai tameng. Padahal, sudah seharusnya induk organisasi bulutangkis dunia itu profesional dan mengakui kesalahan.
“Jadi kami ingin meluruskan dulu supaya tidak salah persepsi. Sebuah negara tentu punya regulasi penanganan Covid-19, baik Indonesia maupun Inggris. Apabila ingin melakukan kegiatan di sebuah negara, kegiatan itu harus beradaptasi dengan protokol kesehatan di negara tersebut,” kata Oktohari dikutip detik.com Jumat (19/3).
“Nah, kami dalam hal ini memberikan pernyataan yang sangat keras kepada BWF agar tidak buang badan. Kami sudah melayangkan surat kepada BWF dan NOC Inggris. Kalau kepada BWF sifatnya protes, kalau kepada NOC Inggris untuk meminta dukungan agar kita tidak di petakompli atas kepentingan BWF. Karena yang melaksanakan kegiatan bukan pemerintah Inggris, tapi panpel All England,” dia menjelaskan.
“Seharusnya BWF bertanggung jawab penuh atas keteledoran yang terjadi di All England. BWF tidak boleh melempar tanggung jawabnya kepada pemerintah Inggris. Sebab, ketika atlet kita yang sudah divaksin dan PCR sebelum berangkat dan PCR saat akan bertanding dan tiba-tiba diberhentikan, dikeluarkan dari pertandingan, bahkan pada saat disampaikan Kemenpora tidak diperkenankan masuk bus, dan masuk lift, apakah dari pemerintah Inggris? Bukan, tapi oleh panitia!”
“Kami tidak bisa terima. Mereka tidak bisa berlindung di dalam regulasi yang sudah ada. Ini juga sudah disampaikan oleh perwakilan Dubes Indonesia untuk Inggris,” tegasnya terkait perlakuan yang sudah diterima tim bulutangkis Indonesia di All England 2021.
Kekecewaan Okto lainnya berkaitan dengan sikap BWF yang tidak secara langsung mengakui kesalahannya kepada tim bulutangkis Indonesia. “Yang dilakukan adalah penyesalan atas ketidaknyamanan yang terjadi. Jadi bukan minta maaf.”
Eks Ketua Asian Para Games 2018 ini juga menegaskan pihaknya tak akan berhenti untuk memperjuangkan keadilan untuktim bulutangkis Indonesia. Bila perlu, ia akan melanjutkannya polemik ini ke abritase internasional.
“Kami juga sudah berkomunikasi dengan PBSI, Kemenpora, Kemenlu, dan Asian Badminton Federation, dan kami akan meneruskan skandal ini ke level yang lebih tinggi atau memungkinkan ke abritase internasional,” tuturnya.
“Mereka harus minta maaf kepada masyarakat Indonesia secara resmi dan harus ada pertanggungjawaban kepada atlet kita yang masih karantina di Birmingham sampai hari ini,” kata bos Mahkota Promotion ini.(Tri)