HOLOPIS.COM, JAKARTA – Calon Presiden Republik Indonesia Anies Baswedan, beberapa hari lalu mengadakan ‘Desak Anies’, dan bertemu dengan ibu Psikolog dan Bidan, dia kemudian akan memberikan pelayanan Kesehatan Mental di seluruh Indonesia.
Menurutnya, permasalahan psikologis atau kesehatan mental itu sama saja seperti kelainan yang terjadi pada organ dalam manusia, itu karena tidak mereka perbuat secara sadar dan tiba-tiba muncul saja problem yang terjadi.
“Padahal kalo ada orang yang dideteksi punya kelainan pada ginjalnya, dia tidak punya beban psikologis, untuk ketemu dokter, untuk ketemu orang tua, untuk bilang kalo ada masalah pada ginjal saya,” ujarnya, seperti dikutip Holopis.com.
“Sebetulnya, sama kalo ada orang punya masalah di dalam kondisi psikologinya, itu seperti ada masalah di organ tubuh aja rileks aja, kan itu problem di ginjal bukan sesuatu yang orangnya itu berbuatnya secara sadar, tapi muncul problem,” ucap Anies.
Sehingga, pasangan dari Muhaimin tersebut mengatakan bahwa cara pandang seperti itu harus ditumbuhkan ke keluarga-keluarga di seluruh Indonesia, supaya tidak ada yang menghukum kembali seseorang yang memiliki problem kesehatan mental, justru harus diperhatikan agar pengidapnya merasa terbantu. Itu harus dimulai dari tingkat keluarga terlebih dahulu.
“Nah pandangan itu menurut saya harus ditumbuhkan di keluarga-keluarga di seluruh Indonesia, sehingga kalo ada anggota keluarga yang memiliki problem psikologis, itu lingkungan pun tidak menghukum,” tuturnya.
“Kalo orang sakit ginjal kan orang ga menghukum, orang malah jadi peduli, diperhatikan makannya, diperhatikan istirahatnya, diperhatikan obatnya, itu kan menunjukkan peduli. Nah kalo ada problemnya psikologis, lingkungan juga harus begitu, sehingga dia terbantukan itu membutuhkan pemahaman di tingkat keluarga,” imbuhnya.
Selanjutnya, Anies Baswedan memiliki keinginan untuk memfasilitasi pelayanan kesehatan mental di setiap puskesmas di seluruh Indonesia, demi untuk membantu orang yang membutuhkan konsultasi jiwa.
“Kedua, fasilitas. Kami berkeinginan agar fasilitas-fasilitas pelayanan kesehatan mental itu ada di puskesmas-puskesmas di seluruh Indonesia, kita berkeinginan itu,” sambungnya.
Namun, ketika itu akan direalisasikan, hal tersebut tidak bisa sekaligus dilakukan. Keinginan itu dalam dikerjakan dengan cara gradual, sebagai contoh di Jakarta di saat dirinya memimpin, ia memulai dengan pembangunan 23 puskesmas terlebih dahulu untuk mempermudah warganya untuk melakukan rujukkan dari puskesmas terdekat.
“Mengerjakannya ga bisa langsung, itu mungkin mengerjakannya gradual. Gradual itu artinya apa, misalkan kami di Jakarta, misal mulai awalnya 23 puskesmas, 23 puskesmas itu di tempatkan di dekat dengan puskesmas lain, sehingga kalau ada yang datang bisa langsung di rujuk puskesmas terdekat. Karena kita tidak mungkin mengirimkan pada 267 puskesmas, kelurahan di Jakarta,” pungkasnya.
Lebih jauh, dengan cara tersebut perlahan bisa untuk menjangkau semua puskesmas yang ada di seluruh Jakarta.
“Tapi dengan cara 23 ditetapkan lalu di tempat-tempat lain itu merujuk, dengan cara begitu maka tetap tertangani, tapi mulainya dengan 23, dengan gradual seperti itu, saya rasa bisa menjangkau semuanya,” tuturnya.
Hal yang sama juga terjadi pada ibu hamil untuk membutuhkan disaat persiapan menuju persalinan sebagai bentul konsultasi kesehatan mental, supaya siap untuk menjalani prosesnya.
“Begitu juga dengan ibu hamil yang sama-sama juga membutuhkan, mungkin memang bagian dari persiapan menuju persalinan itu adalah konsultasi kesehatan mental, supaya ibu atau calon ibu itu siap untuk menjalani prosesnya,” katanya.