HOLOPIS.COM, JAKARTA – Wakil Ketua Umum DPP Partai Gelora, Fahri Hamzah mengingatkan kepada bekas Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan tidak lagi membuka lembaran buruk Pemilu 2017 yang menenangkan Anies-Sandi sebagai pasangan Cagub-Cawagub tersebut.
“Pillkada DKI 2017 apa pun adalah salah satu pemicu pembelahan. Elit harus sadar untuk terus menerus memperbaiki persatuan,” kata Fahri Hamzah dalam keterangannya yang dikutip Holopis.com, Rabu (27/12).
Kemudian, mantan Wakil Ketua DPR RI tersebut menyampaikan, bahwa dalam berpolitik harus dibarengi dengan kedewasaan. Di mana langkah menggaet suara publik dan konstituen didasari atas prestasi bukan sentimen rasial.
“Pemilu adalah prosesi rutin yang ukurannya adalah kinerja dan prestasi yang kasat mata. Sentimen SARA kita hentikan,” tulisnya.
Sebelumnya, Ketua Bappilu Partai Persatuan Pembangunan (PPP) Sandiaga Salahuddin Uno, angkat bicara mengenai ‘curhatan’ Capres nomor urut 1 Anies Baswedan yang mengaku sempat ditinggalkan Wakilnya saat menjabat Gubernur DKI Jakarta periode 2017-2022 lalu.
Diketahui saat itu, yang menjadi Wakil Gubernur Anies adalah Sandiaga yang kemudian mengundurkan diri di tengah jalan karena maju sebagai Cawapres di Pilpres 2019.
Terkait hal tersebut, Sandiaga meminta agar Anies Baswedan tak kembali mengungkit cerita lama. Menurutnya, saat ini dirinya tak ingin mengungkit cerita lama yang berpotensi menimbulkan perpecahan.
“Saya tidak ingin membuka lagi lembaran lama, masa lalu, sekarang kita fokusnya ke depan, Pak Ganjar dan Pak Mahfud juga fokusnya tidak melihat ke belakang, karena yang belakang, lembaran belakang, biarlah menjadi kenangan kenangan indah,” kata Sandiaga hari ini.
Menparekraf RI ini mengatakan, dirinya pernah berjuang bersama Anies di Pilgub DKI 2017, kemudian juga pernah berjuang bersama Prabowo Subianto di Pilpres 2019, maka dari itu dia tak mau mengungkit cerita lama.
“Saya kan pernah berjuang bersama Pak Anies, saya juga pernah berjuang bersama Bapak Prabowo, sekarang saya berjuang bersama Pak Ganjar untuk meningkatkan persatuan,” kata Sandi. “Jangan kita membuka lembaran lama, mudah-mudahan lembaran lama itu indah, namun kalau diungkit-ungkit nanti bisa menimbulkan perpecahan polemik dan sebagainya jadi saya tidak ingin memperpanjang polemik,” sambungnya.