Holopis.com HOLOPIS.COM, JAKARTA – Komnas HAM tidak pernah menemukan keterkaitan Prabowo Subianto dengan kasus pelanggaran HAM berat yang selama ini selalu diarahkan kepada dirinya. Hal ini disampaikan oleh eks Komisioner Komnas HAM, Natalis Pigai.

“Hasil penyelidikan Komnas HAM sampai hari ini, dan saya sudah baca, nama Prabowo tidak ada dalam kesimpulan dalam kasus itu sebagai orang yang melakukan pelanggaran hak asasi manusia,” kata Natalius dalam keterangannya pada Selasa (12/12) malam seperti dikutip Holopis.com.

Bahkan, dari hasil rekomendasi terbaru yang telah dikeluarkan oleh Komnas HAM, Natalius Pigai juga memastikan bahwa tidak ada yang protes dari hasil rekomendasi sebelumnya.

“Hasil penyelidikan Komnas HAM secara resmi saya sudah baca dan ini pernyataannya sudah saya keluarkan minggu lalu, tujuh hari lalu, tidak ada yang protes,” tukasnya.

Dalam kesempatan yang berbeda, Wakil Komandan Penggalangan Tim Kampanye Nasional (TKN) Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka, Sangap Surbakti, mengatakan, kehadiran sejumlah aktivis dan korban penculikan 98 di markas pemenangan Prabowo-Gibran membuktikan bahwa tudingan pelanggaran HAM yang selama ini ditujukan ke Prabowo Subianto tidak benar alias hoaks.

Sangap pun menegaskan, masa lalu Prabowo itu sudah terselesaikan dengan baik. Bahkan, Komnas HAM pun tidak menemukan sedikit pun bukti keterlibatan Prabowo Subianto dalam kasus pelanggaran HAM berat.

“Komnas HAM kan sudah melakukan penyelidikan terkait dengan kasus pelanggaran HAM berat yang selalu dikaitkan dengan Prabowo. Hasilnya kan sudah sangat jelas bahwa Prabowo tidak terbukti. Please, jika kita ingin demokrasi di negeri ini berjalan dengan baik, maka bermainnya juga harus sehat dong, jangan setiap momen debat apalagi isu demokratisasi, HAM, itu selalu dikaitkan dengan persoalan yang sudah dijawab Komnas HAM dengan sangat jelas dan tegas bahwa Prabowo tak terlibat kasus HAM berat. Mosok diulang-ulang terus,” tukas Sangap.

Sebagaimana diketahui, sejumlah orang yang merupakan aktivis dan korban penculikan tahun 1998 silam sambangi markas pemenangan Prabowo-Gibran. Orang-orang yang hadir ini merupakan para pendukung Prabowo-Gibran, yakni Budiman Sudjatmiko, Andi Arief, hingga Agus Jabo. Lalu, ada juga pegiat antikorupsi Irma Hutabarat, pegiat HAM Natalius Pigai, dan aktivis NGO Rachland Nashidik.

“Pasti akan muncul pertanyaan karena setiap 5 tahun sekali setiap Pak Prabowo ikut pilpres karena dikaitkan dengan masa lalu Pak Prabowo, hubungan masa lalu Pak Prabowo dengan Pak Budiman Sudjatmiko,” tandasnya.

Isu tentang pelanggaran HAM ini pun diangkat lagi oleh Calon Presiden nomor urut 3, Ganjar Pranowo dalam debat capres perdana semalam. Ia mempertanyakan soal isu tersebut kepada Prabowo secara langsung.

“Di luar sana menunggu banyak ibu-ibu, apakah bapak bisa membantu menemukan di mana kuburnya yang hilang agar mereka bisa berziarah?,” tanya Ganjar.

Pertanyaan itu dinilai Prabowo sangat tendensius untuk mendowngrade dirinya dalam debat perdana yang diselenggarakan oleh KPU itu.

“Masalah HAM ini ditangani justru oleh Wakil Presiden Anda. jadi Apa lagi yang mau ditanya kepada saya? Saya sudah jawab berkali-kali ada rekam jejak digitalnya. Saya sudah jawab berkali-kali tiap 5 tahun kalau polling saya naik ditanya lagi soal itu,” jawab Prabowo.

Sayangnya, jawaban Prabowo itu dinilai Ganjar tidak tegas, sehingga ia mempertanyakan lagi soal pengadilan HAM itu. “Jawaban itu sama sekali tidak punya ketegasan. Kenapa saya sampaikan? Pertanyaan saya sebetulnya satu, apakah kalau bapak jadi presiden akan membuat pengadilan HAM?,” respons Ganjar.

“Saya tegas akan menegakkan HAM. Masalah yang bapak tanyakan, agak tendensius. kenapa pada saat 13 orang hilang ditanyakan kepada saya? itu tendensius pak, dan wakil bapak yang mengurus ini selama ini. Jadi kalau memang keputusannya mengadakan pengadilan HAM, kita adakan pengadilan HAM, ngga ada masalah,” pungkas Prabowo.