HOLOPIS.COM, JAKARTA – Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penamanam Modal (BKPM), Bahlil Lahadalia angkat bicara terkait tudingan publik yang menyebut pemerintah terlalu menganakemaskan investor asal China, khususnya dalam konflik Rempang masih bergulir hingga saat ini.
Bahlil mengatakan, Bahlil mengatakan pihaknya berhasil menggaet investor asal China untuk berinvestasi di Rempang, setelah melakukan komunikasi intens sebelumnya.
Bahkan, ia mengaku sempat datang langsung ke Negeri Tirai Bambu untuk mengecek langsung perusahaan tersebut.
“Jangan sampai ada persepsi seolah-olah investasi dari rempang ini perlakuannya khusus dengan yang lain. Kementerian Investasi tidak seperti itu,” kata Bahlil dalam rapat kerja dengan Komisi VI DPR RI di Jakarta, Senin (2/10) yang dikutip Holopis.com.
“Kenapa? tim saya, perwakilan saya di China sudah melakukan pertemuan ini berbulan-bulan, berkali-kali. Dan tim saya, memberi rekomendasi untuk mengecek ini perusahaannya,” sambungnya.
Bahlil menuturkan, pengembangan investasi di Rempang, Kepulauan Riau merupakan upaya pemerintah dalam menggalakkan hilirisasi.
Setelah sukses dengan hilirisasi nikel, Pemerintah menilai perlu memperluas cakupan hilirisasi di Indonesia melalui hilirisasi pasir kuarsa atau pasir silika di Batam.
Perlu diketahui, pasir kuarsa atau pasir silika merupakan bahan baku kaca dan solar panel yang saat ini menjadi salah satu pilihan sumber energi terbarukan.
Bahlil pun menilai investor asal China tersebut, yakni Xinyi Group, merupakan mitra strategis untuk mendukung pengembangan hilirisasi pasir kuarsa.
Dengan pertimbangan itu, Bahlil pun meminta perusahaan asal China tersebut umtuk berinvestasi di Indonesia, yang tentunya setelah pihaknya mengunjungi pabrik Xinyi di China.
“Sekali lagi saya clear-kan, kami tidak pernah membeda-bedakan perusahaan-perusahaan,” tukasnya.