HOLOPIS.COM, JAKARTA – Sekjen Konsorsium Pembaruan Agraria (KPA), Dewi Kartika menilai bahwa persoalan besar yang saat ini tengah dihadapi oleh masyarakat Indonesia adalah misteri bonus demografi yang digadang-gadang sebagai titik Indonesia Emas 2045.
Hal ini karena menurut Dewi, bonus demografi tersebut cenderung tak menyentuh kaum kecil seperti kalangan petani Indonesia.
“Bonus demografi, dianggap sebagai peluang untuk Indonesia Emas 2045. Dari tahun ke tahun, semakin menunjukan fakta pertanian rumah tangga di Indonesia menurun drastis berdasarkan data per Februari 2023,” kata Dewi dalam sebuah diskusi panel di Rumah Aman (Aliansi Masyarakat Adat Nusantara), Tebet, Jakarta Selatan, Jumat (18/8) seperti dikutip Holopis.com.
Dikatakan Dewi, bahwa sektor pertanian kecil di Indonesia cenderung terabaikan. Peningkatan sektor pertanian yang ada hanya terjadi di kalangan besar.
“Memang sektor petani masih nomor satu. Tentu saja ini bukan di sektor kecil, namun dalam sektor perusahaan yang juga berskala besar,” ujarnya.
Dengan demikian, Dewi merasa tak terlalu berlebihan jika harus mengatakan bahwa bonus demografi tersebut telah gagal menyentuh skala kecil dan fundamental.
“Bonus demografi gagal diserap oleh sektor pertanian,” lanjutnya.
Dewi juga menerangkan bahwa sektor pertanian saat ini tengah dikapitalisasi oleh sektor korporasi. Salah satu yang paling kentara adalah Kelapa Sawit.
“72% dari petani berskala kecil berbanding terbalik dari penggunaan data berskala besar. Orientasi aturan berbasiskan korporasi berskala besar, sehingga komoditas berskala besar seperti sawit dan lain-lain dikuasai oleh Industri,” tuturnya.
Oleh sebab itu, ia pun memberikan kritikan keras kepada pemerintah agar kembali mau melihat sektor yang harus segera mendapatkan pertolongan. Jangan sampai korporasi semakin dimudahkan dan mengancam kesejahteraan dan eksistensi petani kelas kecil.
“Pemerintah terlihat mendorong clear-nisasi bagi kaum petani, dengan bagaimana memperkuat bidang agraria, korporisasi semakin dimudahkan, termasuk perizinan bagi industri-industri besar,” pungkasnya.