HOLOPIS.COM, JAKARTA – Bagi jemaah haji yang saat ini sudah berada di Tanah Suci, penting untuk memperhatikan rentang waktu yang disarankan atau masa kadaluarsa makanan yang dikonsumsi.
Koordinator Tim Sanitasi dan Food Security, Dedy Kurniawan mengatakan, bahwa hal tersebut penting untuk dilakukan agar terhindar dari makanan yang nantinya akan menimbulkan masalah kesehatan.
“Jemaah haji penting untuk mematuhi rentang waktu yang aman pada makanan untuk dikonsumsi. Anjuran rentang waktu aman konsumsi sudah ada di tutup kemasan makanan yang dibagikan kepada jemaah,” ujar Dedy sebagaimana dikutip Holopis.com dari laman resmi Kemenkes, Sabtu (17/6).
Selain masa kadaluarsa, para jemaah haji juga diimbau untuk tidak mengonsumsi makanan yang mengalami kerusakan.
“Jika makanan rusak dikonsumsi, pastinya akan menimbulkan masalah kesehatan,” ujar Dedy.
Walaupun sampel makanan jemaah haji sudah lolos uji organoleptik oleh pihaknya, lanjut Dedy, namun jemaah haji tetap perlu mewaspadai faktor risiko lain yang menyebabkan kerusakan makanan.
Adapun risiko kerusakan makanan tersebut salah satunya terkait penyimpanan makanan. Dikatakannya, bahwa makanan dapat rusak karena mikroba seperti bakteri dan jamur yang berkembang biak pada suhu 5 hingga 60 derajat celsius.
Adapun perkembangan mikroba akan lebih banyak lagi, apabila waktu penyimpanan makanan dilakukan lebih lama dari yang dianjurkan.
“Kerusakan makanan untuk jemaah haji yang sering kami deteksi adalah karena disimpan di tempat terbuka yang mudah terkontaminasi bakteri atau jamur dalam waktu yang cukup lama,” ucapnya.
Ketika makanan tidak disimpan dengan baik, maka dapat menyebabkan makanan tersebut mudah terkontaminasi mikroba, sehingga pada suhu ruangan menyebabkan mikroba akan berkembang biak dengan cepat dan menyebabkan makanan cepat rusak.