HOLOPIS.COM, JAKARTA – Kader Pengurus Besar Serikat Mahasiswa Muslimin Indonesia (PB SEMMI), Gurun Arisastra menilai apa yang terjadi di kantor pusat Majelis Ulama Indonesia (MUI) kemarin siang adalah bentuk teror yang nyata.
Sehingga sebagai kader muslim, ia sangat mengutuk keras tindakan membahayakan dan tak terpuji itu.
“Penembakan merupakan salah satu bentuk teror, saya mengutuk keras segala bentuk teror termasuk penembakan ini,” kata Gurun dalam keterangannya kepada Holopis.com, Rabu (3/5).
Dirinya meminta Kepolisian mengusut tuntas peristiwa ini. Mulai dari motif asli, asal usul kepemilikan senjata air softgun yang dipakai pelaku dan kemungkinan adanya jaringan di baliknya.
“Kepolisian harus usut tuntas peristiwa ini, siapa pelakunya, apa modus operandi atau motifnya, kemudian apakah ini pelaku bersifat secara personal semata atau terorganisir, jika terorganisir, maka ungkap jaringannya,” ujarnya.
Aktivis serta advokat muda yang pernah menjadi Direktur LBH PB SEMMI tersebut menilai, bahwa peristiwa ini tidak bisa dipandang remeh karena berpotensi merusak keutuhan persatuan umat beragama.
“Jangan dilihat ini korbannya hanya sedikit dan hanya luka-luka, namun lihat esensi perbuatannya, ini tidak boleh dipandang remeh, jika ini ada jaringan terornya berbahaya sekali, berpotensi merusak keutuhan persatuan umat beragama,” tegasnya.
Identitas Pelaku
Sekadar diketahui Sobat Holopis, bahwa sekitar pukul 10.30 WIB, seorang pria berbaju kotak-kotak merah melakukan penyerangan di kantor MUI Pusat, Selasa (2/5).
Dengan modal satu pucuk air softgun, ia menembakkan senjata apinya itu ke arah kaca area resepsionis kantor. Situasi mencekam itu membuat dua petugas mengalami luka-luka. Seorang resepsionis terkena pecahan kaca, dan satu anggota keamanan terkena efek tembakan.
Berdasarkan data di KTP tersebut, pelaku bernama Mustopa NR. Ia merupakan seorang pria yang lahir di daerah Suka Jaya, Kecamatan Kedondong, Kabupaten Pesawaran, Lampung.
Mustopa lahir pada tanggal 9 April 1963. Pelaku merupakan petani/pekebun. Saat ini, ia berdomisili di Desa Suka Jaya, Kecamatan Kedondong, Kabupaten Pesawaran, Provinsi Lampung.
Usai terjadi penembakan, pihak keamanan sempat berusaha menangkap Petugas kemudian membawa pelaku yang pingsan itu ke Puskesmas terdekat. Beberapa waktu berselang, pelaku dinyatakan meninggal dunia.
Adapun jenazah pelaku penembakan kini sedang diautopsi. Jenazah dibawa ke RS Polri di Kramat Jati, Jakarta Timur. Hal ini untuk mengetahui lebih lanjut terkait penyebab kematian pelaku.