HOLOPIS.COM, JAKARTA – Menteri Agama (Menag) Nasaruddin Umar menegaskan bahwa pelaksanaan Asesmen Tuntas Baca Al-Qur’an (TBQ) merupakan langkah awal atau prolog dalam upaya memperbaiki literasi keagamaan umat Islam secara nasional.
Menurut Menag, asesmen ini dinilai penting sebagai dasar evaluasi untuk memperkuat kemampuan baca Al-Qur’an di Indonesia. Hal itu disampaikannya saat memberikan sambutan pada Ekspos Publik Hasil Asesmen TBQ di Jakarta, Rabu (17/12/2025).
Menag mengungkapkan bahwa asesmen yang saat ini dilakukan masih bersifat terbatas karena baru mengambil sampel di Pulau Jawa. Meski demikian, hasilnya sudah memberikan gambaran awal yang perlu segera ditindaklanjuti secara serius.
“Kalau kita ingin mengukur kondisi Indonesia, tentu sampelnya tidak cukup hanya Pulau Jawa. Apalagi Jawa saja baru sekitar 41 persen yang bisa membaca Al-Qur’an dengan baik. Ini harus menjadi perhatian bersama,” ujar Menag dalam keterangannya, dikutip Holopis.com, Kamis (18/12/2025).
Menurut Menag, hasil asesmen menunjukkan urgensi penguatan kemampuan baca Al-Qur’an, mengingat Al-Qur’an memiliki posisi sentral dalam praktik ibadah umat Islam.
“Dalam Islam, Al-Qur’an itu bukan sekadar kitab, tetapi bacaan. Tidak ada salat tanpa membaca Surah Al-Fatihah. Karena itu, kemampuan membaca Al-Qur’an dengan benar adalah fondasi dasar keberagamaan,” tegasnya.
Menag juga menekankan bahwa wahyu Al-Qur’an diturunkan dengan perintah iqra’ atau membaca, bukan menulis. Oleh karena itu, pendidikan Al-Qur’an harus menempatkan aspek tilawah yang benar sesuai kaidah sebagai prioritas utama.
Dalam kesempatan tersebut, Menag mengapresiasi peran Perguruan Tinggi Ilmu Al-Qur’an (PTIQ) Jakarta yang terlibat sebagai asesor dalam pelaksanaan asesmen. Menurutnya, PTIQ memiliki tradisi keilmuan yang ketat dalam menjaga kualitas bacaan Al-Qur’an, mulai dari makhraj, tajwid, hingga sanad keilmuan.
“Tradisi sanad dalam pengajaran Al-Qur’an sangat penting untuk menjaga kualitas dan keberkahan ilmu. Ini yang harus terus kita rawat,” ungkapnya.
Menag menegaskan bahwa hasil asesmen ini tidak dimaksudkan untuk menyalahkan pihak tertentu. Sebaliknya, asesmen menjadi dasar evaluasi dan perbaikan bersama, termasuk dalam peningkatan kompetensi guru agama serta penguatan peran lembaga pendidikan keagamaan.
Usai sambutan, dalam sesi doorstop dengan awak media, Menag menyampaikan bahwa Kementerian Agama akan melanjutkan asesmen dengan cakupan yang lebih luas dan representatif secara nasional.
“Survei ke depan akan menggunakan sampel Indonesia, bukan hanya Pulau Jawa. Setelah itu, akan kita siapkan langkah-langkah solutif,” jelasnya.
Menag juga menegaskan bahwa peningkatan kemampuan baca Al-Qur’an merupakan tanggung jawab kolektif seluruh elemen bangsa, termasuk pemerintah daerah.
“Bagaimana agar seluruh warga Muslim Indonesia bisa membaca Al-Qur’an dengan baik, itu tanggung jawab kita bersama,” katanya.
Selain itu, Menag menyoroti pentingnya perhatian dan apresiasi bagi para guru ngaji, khususnya di pedesaan, yang selama ini mengajar dengan penuh keikhlasan.
“Guru ngaji di desa sering mengajar tanpa gaji dan hanya mengandalkan keikhlasan. Ke depan, mereka perlu mendapat apresiasi yang lebih layak,” pungkas Menag.
Ekspos hasil asesmen tersebut turut dihadiri Staf Khusus Menag Gugun Gumilar, Dirjen Pendidikan Islam Amien Suyitno, Kepala BMBPSDM Muhammad Ali Ramdhani, jajaran asesor dari PTIQ, serta akademisi dan guru Pendidikan Agama Islam (PAI).



